Day 1: Apa Mungkin Mimpi Itu Bisa Kubeli?
Sabtu, April 02, 2022Semua orang punya mimpi. Sayangnya, mewujudkan mimpi itu ada harganya. Kalau kamu punya privilese, kamu bisa lebih dulu sampai ke tujuanmu. Tapi, kalau kamu kurang punya privelese, maka jalanmu akan lebih panjang. Syukur jika kesampaian, kadang kita harus ganti mimpi untuk menyesuaikan dengan keadaan. Harus kita akui betapa mahal harga sebuah akses. Betapa hidup ini kadang jauh dari keadilan. Bayangkanlah, ada tanaman yang dirawat dan diberi pupuk agar subur sehingga bisa bertumbuh dengan baik. Tetapi, ada tanaman yang dibiarkan tumbuh sendiri. Ia sulit berkembang karena tidak didukung dengan perawatan yang baik. Tanaman ini posisinya adalah bertahan hidup, bukan bertumbuh.
Saya baru saja menerima kabar yang tidak sesuai ekspektasi. Hatiku sangat kacau seperti habis menyanyi lagu Balonku Ada Lima. Perasaan sedih, kecewa, marah, dan frustasi muncul. Mengapa? Apa yang masih kurang? Bukan. Ini bukan tentang kegagalan. Ini rasanya seperti masih tertahan di udara karena pesawat kita belum lolos security clearance dari negara yang dituju. Jadi, saya masih berputar-putar di langit.
Setelah menerima kabar itu, saya sempat shock. Dada saya terasa sesak. Barulah, malamnya saya baru bisa menangis kencang. Efeknya, saya tidak bisa tidur sampai subuh karena overthinking. Begitu tertidur pun, ternyata hanya bisa tidur beberapa jam. Itupun tidak nyenyak. Saya bermimpi buruk. Kali ini, saya putus asa karena semua jalan seperti buntu. Tidak enak rasanya semua rencana menjadi terhambat dan tiada berdaya untuk mengatasi hal tersebut. Saya teringat U2 bernyanyi," You've got to get yourself together...you've got stuck in a moment and now you can't get out of it...". I feel you, Bono hikss...hikss.
Keesokan harinya, perasaan saya belum juga membaik. Saya memutuskan menarik diri dari orang terdekat saya. "Nanti aku balik lagi ya, aku menenangkan diri dulu". Saya butuh waktu untuk memproses kejadian ini. Rasa lelah itu makin terasa. Sejenak saya membayangkan perjalanan yang sudah dilalui dan hal itu membuat tangisku makin pecah. Saya menangis sejadi-jadinya. Lalu, karena lapar, saya makan dulu. Tetap butuh energi dong. Lalu, setelah itu menonton film sekuel The Croods: A New Age, itu loh film animasi yang ceritanya tentang manusia gua dan homo sapiens. Ada adegan yang bikin saya tertawa. Tapi, ada adegan yang bikin saya nangis juga. Sungguh menyebalkan sekali perasaan tiada berdaya ini.
Mungkin yang paling bikin sedih adalah karena support system yang diharapkan justru yang menunjukkan sikap tidak suportif. Saya tidak punya cukup energi lagi untuk menggugat, marah-marah, mengasihani diri, atau menyalahkan keadaan. Saya terlalu capek dan mau istirahat dulu. Saya perlu menenangkan diri dulu untuk membuat keputusan yang tepat. Seorang teman pernah mengingatkan,"Kalau kamu capek, berarti kamu sudah berusaha". Seperti rumput liar, saya perlu belajar mengapresiasi diri saya yang sudah berusaha meskipun keadaan tidak selalu mendukung.
0 comments