Halo Dunia...
Selamat ulang tahun untuk saya sendiri. Seperti biasanya, saya akan membuat refleksi. Saya akan membagikan 10 hal dalam hidup yang saya ketahui. Semoga berguna untuk kalian semua. Mungkin kita bahkan memikirkan hal yang sama. Oiya, saya juga mengucapkan terima kasih pada semua pembaca blog ini yang setia menjadi teman seperjalanan saya selama 12 tahun. I love you, all...
1. Musik adalah teman yang paling setia
Yup. Abba bahkan menulis lagu tentang hal ini yang berjudul Thank You For The Music. Liriknya menegaskan,"What would life be? Without a song or a dance what are we?". Musik adalah teman yang setia menemani kita dalam semua pasang surut emosi dan peristiwa hidup. Senang, sedih, jatuh cinta, atau patah hati. Musik selalu ada, lebih-lebih ketika kita sedang merasa tiada berkawan. Ketika bahkan orang-orang di inner circle kita menyerah menemani kita, musik tetap bertahan. Tanpa musik, hidupku hampa. Itulah sebabnya, supaya tetap menikmati hidup dengan segala manis-pahitnya, saya butuh musik. Saya suka berpikir bahwa hidup saya seperti film musikal yang ketika ada suatu peristiwa tertentu, saya bisa menyanyikan sukacita dan dukacita saya dengan dramatis. hehehe.
2. Kita selalu bisa memilih, tapi hati-hati!
Yes, mau jadi baik atau jahat, itu pilihan kita. Kehendak bebas-lah yang membedakan kita dengan binatang. Kita selalu bebas memilih. Tapi, hati-hati! Ini anugerah yang istimewa sekaligus berbahaya. Manusia yang serampangan menggunakan kehendak bebas-nya bisa merepotkan orang lain, bahkan malapetaka. Penderitaan itu datangnya bukan dari Tuhan, tetapi konsekuensi dari kehendak bebas manusia. Semua keputusan yang kita pilih menyebabkan konsekuensi pada orang lain. Jadi, bijaksanalah menggunakan kehendak bebas. Upayakan membuat keputusan yang tidak membawa penderitaan hebat bagi orang lain dan diri sendiri. Ssst...ini rahasia! Kehendak bebas itu sesungguhnya "program" yang membuat kita terus bertanya kepada Sang Pecipta apa yang Dia mau kita lakukan. Jika Dia adalah sang pemimpin orkestra dan kita ini adalah pemain biola, maka tanyakan pada sang konduktor, "Bagianku yang mana sih?" biar bisa harmoni dengan simfoni yang Engkau pimpin?".
3. Uang selalu habis, seberapa banyak pun yang engkau kumpulkan
That's true! Orang yang gajinya 20 juta dan 2 juta ternyata bisa sama-sama hidup dan belanja di Uniqlo hahaha. Semakin tinggi gaji, semakin tinggi juga kebutuhan. Bagaimana dengan tabungan? bukannya saya tidak pintar menabung. Saya pernah mencobanya. Tetapi, selalu saja ada peristiwa yang tidak terduga yang membuat saya harus mencongkel celengan saya. Pernah saya merasa secure dengan punya deposito di bank. Rasanya aman waktu itu kalau tiba-tiba ada kebutuhan mendesak atau bisa dijadikan investasi. Hasilnya, deposito itu harus saya bongkar karena ada kebutuhan mendesak yang tidak terduga. Soal gaji juga. Kadang-kadang saya heran, kemana perginya uang saya ya? Setelah terima gaji, biasanya saya langsung membayar tagihan. Toh, ternyata kita tetap hidup sampai akhir bulan. Saya memang tidak kaya, tapi hidup saya tenang. Plus, saya punya semacam tabiat orang kaya lama: kalau ada uang, gelisah kalau tidak habis. hahahahaa.
4. Orang yang mencintaimu tidak akan mempermainkan perasaanmu dan...cinta itu butuh diperjuangkan!
Berbicara dari pengalaman, kalau kamu jatuh cinta pada seseorang, maka orang itu juga merasakannya, terlepas dia juga suka padamu atau tidak. Kalau hatimu ragu, fisika membuktikan. Energi itu selalu sampai pada orang yang dituju. Jadi, kalau kamu suka, nyatakan saja perasaanmu. Ketika orang yang kamu suka juga membalas perasaanmu. It's the best feeling in the world. Dia yang mencintaimu akan meresponnya. Ia tidak akan membuatmu meraba-raba, bingung, atau tidak pasti. Jika dia mencintaimu, dia akan memastikan kamu juga tahu perasaannya. Kalau kamu yakin dengan cintamu, setialah. Perjuangan itu akan terjadi dengan sendirinya, tidak perlu dipaksa atau ada paksaan. Mereka yang mencintai dengan tulus ikhlas akan memiliki keberanian dan kekuatan untuk terus mencintai. Kalian tahu, energi paling besar di dunia ini adalah cinta.
5. Konflik itu membangun. Disko-in aja!
Sulit dipercaya. Tapi, konflik tidak selalu menciptakan perang. Konflik bisa membuat kita belajar dan bertumbuh. Konflik dapat membuat kita makin mengenali diri sendiri, orang lain, dan akhirnya tahu bagaimana memperlakukan orang lain dan membuat batasan buat diri sendiri. Dari konflik kita bisa belajar mengelola emosi, perbedaan, dan mencari solusi. Jangan takut berkonflik! Itu salah satu cara buat kita untuk menjadi dewasa. Dengan catatan, Anda berani melepaskan ego. Selanjutnya, jika ada masalah ya jangan lari, jangan menghindar, itu hanya akan menambah panjang penderitaan dan rasa sakit bagi semua pihak. Ini selalu pesan Mamiku, "Kalau ada tantangan hadapi. Kalau ada masalah, dicari solusinya". Jangan lupa, belajar menyenangkan diri sendiri dan menikamti hidup. Ada musik yang siap menemani kita. Disko-in aja!
6. Setiap individu itu unik, maka setiap kisah itu juga tidak sama.
Di hidup ini, ada yang umum dan ada yang khusus. Persinggungan kisah dan karakter yang membuat kita bisa saling belajar dari kisah-kisah dan orang-orangnya masing-masing. Hey, bahkan empat anak yang lahir dari hasil reproduksi ayah dan ibu yang sama bisa sangat berbeda satu sama lain, sekaligus bisa juga mirip. Saya sedang belajar untuk tidak menggeneralisir. Seperti nasehat sobat saya Angel,"Harus diakui, ya ada yang sama, tetapi ada juga yang beda". Jangan membanding-bandingkan diri atau kisah kita dengan orang lain. Itu sangat melelahkan dan hanya bikin sedih.
7. Belajar teori Queer membongkar dan memperluas cakrawala berpikir
Simpelnya, dunia ini terdiri dari tatanan/keteraturan (order) dan kekacauan/kehancuran (chaos). Nah, bila ilmu-ilmu lain membaca dunia dari sudut pandang yang "order", maka teori Queer membaca dunia dari "kehancurannya". Queer bisa sebagai aliran pemikiran, identitas (biasanya digunakan untuk teman-teman minoritas seksual dan gender), atau gerakan. Saya berterima kasih pada Firdhan yang memperkenalkan saya pada teori Queer. Dia memberi saya bukunya Judith Halberstam berjudul The Queer Art of Failure yang membahas tentang kegagalan. Waktu itu, kami memang depresi karena banyak mengalami kegagalan: mulai dari karir, gagal sekolah lanjut, hingga percintaan. Alih-alih melihat "kegagalan" sebagai sesuatu yang memalukan dan menyedihkan, Halberstam meredefinisikan konsep "kegagalan" sebagai cara kreatif menuju keberhasilan yang lain. Waktu baca buku itu, pola pikiranku diajak melihat dunia yang terbalik. Konsep "kesuksesan" dan segala standarnya itu didekonstruksi. Teori Queer mengajak kita untuk melihat proses, sesuatu yang tidak stabil, membingungkan, dan berusaha untuk "menjadi". Teori Queer menolak oposisi biner, artinya tidak jatuh lagi untuk mencari tandingan atau sekedar alternatif. Teori Queer mengajak kita untuk menerima kegagalan sebagai anugerah. It's okay untuk berbeda dari orang kebanyakan yang dikatakan "baik", "sukses", "normal", atau "suci".
8. Jangan menikah kalau hanya ingin memenuhi ekspektasi sosial. Jangan punya anak kalau tidak sanggup.
Plis. Jangan. Kasihan Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri menangani perceraian kalian. Kasihan anak-anak yang lahir dari pasangan yang tidak matang secara spiritual, emosi, intelektual, dan finansial. Tidak ada yang lebih perih dari anak-anak yang mengutuk kita yang telah melahirkan mereka ke dunia ketika kita tidak sanggup menjadi teladan dan suaka bagi mereka.
9. Progres itu tidak selalu linear
Kadang maju mundur poco-poco. Maju dua langkah, tapi mundur tiga langkah. Kadang stagnan, kadang melesat. Lakukan sesuatu step by step. Tidak perlu tergesa-gesa. Percaya pada proses dan proses butuh waktu. Akumulasi dari langkah-langkah itu yang bisa membuat kita menggapai puncak gunung yang kita daki dalam hidup ini. Saya sedang mempraktekkan hal ini berhubung saya suka skip langkah dan tidak sabaran hehehe.
10. Orang yang cakap adalah anugerah bagi dunia (dan orang-orang di sekitarnya)
Orang cantik/ganteng itu banyak. Orang pintar dan cemerlang itu banyak sekali. Orang kaya dan berbakat itu juga tak kalah banyak. Tapi, orang yang cakap ternyata tidak banyak. Orang yang cakap itu dapat diandalkan, ia tahu dirinya dan mengenal dengan baik orang lain (baik orang yang disayanginya maupun musuhnya), mampu menghadapi situasi apapun, always in control, tahu menempatkan dirinya, tanggap dan peka jika ada bencana/persoalan, dan selalu mengantisipasi segala situasi. Tentu saja, orang cakap memiliki kecerdasan, ya minimal ia punya kecerdasan intelektual, spiritual, emosional, dan kinestetik yang baik. Tapi, orang cerdas belum tentu cakap. Mereka belum tentu tanggap menghadapi segala situasi. Benar juga yang tertulis,"Orang yang berpengetahuan, belum tentu berpengertian". Kecakapan hanya bisa dilatih dengan ketekutan dan kesabaran dalam situasi yang tidak pasti dan penuh ketidakterdugaan. Orang yang cakap selalu dapat tenang dalam menghadapi segala situasi di hidupnya. Ia bisa cemas, ragu, takut, atau sedih, namun ia selalu berhasil untuk dapat menguasai dirinya kembali. Ia bisa dalam kesenangan dan kegembiraan, tapi tidak membuat dirinya lama terlena. Orang-orang inilah yang dijadikan dasar dan sandaran bagi banyak orang.