Ia Telah Menyelesaikan Pertandingannya Dengan Baik
Minggu, September 09, 2018
Hari itu akhirnya datang juga. Hari yang paling kutakutkan seumur hidup. Yang pernah kubayangkan akan kuhadapi dengan suami dan anak-anakku kelak. Tetapi kenyataannya, aku menghadapinya bersama Daddy berdua. Kami sedang berjalan dalam badai, tetapi Tuhan berjalan bersama kami. Ia menguatkan langkah kami untuk saling menguatkan dan mendampingi. Ia tidak pernah membiarkan kami berjalan sendirian. Ia selalu mengirimkan orang-orang yang menolong kami seperti dahulu Simon dari Kirene menolong-Nya memikul salib.
Ya, hari itu tiba tanpa semarak. Ia datang dengan tanda-tanda
yang baru bisa kucerna setelah semuanya terjadi. Mami telah pergi. Ia tak bisa
dijangkau secara fisik lagi. Tetapi jika kau peka saja sedikit. Ketika kau melihat
dengan mata rohanimu, Mami tidak pergi kemana-mana. Ia tetap mengiringi. Ia
tetap mendoakanmu. Ia bersamamu meski tak terjangkau oleh nafas dan denyut jantung.
Mami ada dimana-mana. Tidak terasa perbedaannya. Ia seolah tidak pernah mati. Ia
mendapat kehidupan kekal seperti yang dijanjikan Tuhan pada kita. Hanyalah
tirai yang membatasi kita untuk bersentuhan dengannya secara fisik. Tetapi dia
lebih hidup daripada sebelumnya. Bagaimana mungkin aku bersedih jika aku
tahu bahwa Ibuku berbahagia disana?
Mamiku telah memberikan teladan sepanjang hidupnya. Seorang
perempuan yang tetap setia dan bersandar pada Tuhan. Ia adalah ibu dan seorang sahabat. Mami telah menyelesaikan
pertandingannya dengan baik. Ia telah sampai di garis akhir. Dan ia tetap
memelihara iman. Ia adalah bukti nyata bagaimana orang yang hidup di dalam
Kristus dan mati di dalam Kristus. Ia mati dalam keadaan siap. Ia meminta dipangil dalam keadaan siap. Ia
taat sampai mati. Ia telah mempersiapkan segala sesuatu.
Mami menghembuskan nafas terakhir di pelukan Daddy,
kekasihnya yang setia. Ia telah menikmati sisa hidupnya. Ia dikelilingi oleh orang-orang banyak yang
mencintainya. Ia telah berpamitan dengan orang-orang. Ia mempersiapkan orang-orang yang dicintainya untuk menerima kepergiannya. Ia bahkan telah menyiapkan kostum yang ia akan pakai untuk bertemu
dengan Tuhan. Semasa hidup, Mami paling membenci ketidakadilan, segregasi, dan
penindasan. Ia terlahir sebagai putri Maluku Tengah dengan campuran Belanda
yang jasadnya dibungkus kain tenun Maluku Tenggara. Ia konsisten memperjuangkan
hal-hal itu bahkan sampai mati. Mami pergi pada jam yang sama dengan Yesus. Ia
dikuburkan pada hari Jumat Pertama. Dalam tradisi Gereja Katolik, hanya
orang-orang terberkati yang mengalami hal itu. Peringatan 40 Hari kepergian Mami bertepatan dengan perayaan Bunda Maria diangkat ke surga dan ulang tahun Daddy.
Mami menyimpan segala perkara di dalam hatinya. Ia yang
selalu berkata “jadilah kehendak-Mu”. Mami memberikan contoh yang luar biasa
untuk tidak perlu takut menjalani hidup. Ia memilih mengejar harta rohani
daripada mengumpulkan harta duniawi. Ia dan Daddy yang mewariskan kepadaku
keinginan untuk mengejar pengetahuan. Harta benda bisa lenyap, tetapi
pengetahuan tidak akan berlalu.
Mami tidak punya apa-apa selain selalu memberikan hati dan
kehadirannya untuk orang lain. Saat ia pergi, berbagai macam orang dari latar
belakang suku, agama, kelas sosial, dan ideologi datang memberikan penghormatan
terakhir. Orang-orang menangis tidak saja karena kehilangan, tetapi tangis itu juga bermakna harapan. Mami mendapat tempat terdepan di pemakaman umum di kota kami. Semasa
hidup Mami tidak suka duduk di belakang, tidak dalam gereja tidak dalam
acara-acara apapun. Ia mengajarkanku untuk percaya diri dan berani. Mami selalu
percaya Tuhan akan menyiapkan semuanya. Dan memang benar. Tuhan kemudian
memberikan tempat peristirahatan yang terbaik untuknya. Mami bahkan membuka
jalan bagi kami.
Ada sebuah rahasia yang Mami simpan dalam hatinya. Rahasia
besar yang kini sedang kami hadapi. Aku memegang tangan Daddy erat-erat.
Mendampinginya dan menguatkannya seperti dulu Mami melakukannya. Mami adalah
seorang pendoa, makanya jiwanya akan selalu mendoakan siapa saja. Terngiang
kembali suara Mami di telepon sebelum ia pergi menghadap Kekasihnya beberapa waktu
yang lalu, “Tuhan, selamatkan anakku….”
Selamat jalan Mami. Sampai bertemu kembali.
08 September, pada hari peringatan ulang tahun perkawinan
orang tuaku yang ke-28 tahun.
3 comments
Turut berduka cita, Mbak. Semoga beliau mendapat tempat terbaik di sisiNya...
BalasHapusPeluk besar.
BalasHapusPeluk kak Iqko dan kak ririn :)
BalasHapus