*Astrid Leong Teo (portrayed by Gemma Chan)
Tak ada yang lebih sempurna dari Astrid. Ia adalah produk dua sistem besar di dunia: patriarki dan kapitalisme. Untungnya Astrid adalah tokoh fiktif tentang idealnya perempuan yang harusnya hidup di dunia. Cantik, pintar, kaya raya, dan baik hati pula. Astrid is the Goddess, the best of them all. Gadis kecil yang rumahnya dalam gerobak sampah tak sanggup bermimpi menjadi Astrid di saat dewasa. Tapi kalau sungguh makhluk seperti ini ada di dunia, maka waktu pembagian gen dan nasib, kita kemana aja ya?
Maka, simaklah pembicaraan empat kelompok manusia mengenai kisah Astrid.
Kaum Pesimis: Alamak. Sudah sesempurna itu masih juga diselingkuhin suami. Gimana dengan kita yang bagaikan remah-remahan rempeyek.
Kaum Optimis: Nah, itu membuktikan bahwa kecantikan, kepintaran, atau kekayaan bukan segalanya. Kekayaan batin yang sumbadra itu yang dicari.
Kaum Pesimis: Tapi...tapi... Pak Karno dulu rela loh ninggalin Ibu Inggit demi Ibu Fat. Kurang sumbadra apa coba Ibu Inggit itu. Semuanya diserahkan demi perjuangan Pak Karno. Toh, tetap ditinggalkan demi alasan ingin punya anak sendiri. Sekalinya menikah dengan Bu Fat dan punya banyak anak, si Bapak juga tetap cari gadis-gadis lain (4 yang diakui negara, 9 yang diketahui publik, dan tak terungkap entah berapa). Apa sih yang dicari? Apa sih yang butuh untuk mendapat pengakuan?
Kaum Optimis: *kemudian hening*
Kaum Kritis : Plis deh... analisis baik-baik. Kalian senang Astrid bebas dari suaminya yang peselingkuh itu. Kalian senang Astrid bisa membela dirinya. But, Hellooo??? Astrid ini lebih tajir mampus dan powerful dari suaminya (sebaiknya baca bukunya karena lebih jelas kesatirannya daripada filmnya yang merayakan konsumerisme ini). Kalau kamu masih menganggap Astrid menderita, kalian salah. Tidak ada orang yang berkuasa yang menderita.
Kaum Optimis dan Pesimis saling berpandangan, nggak ngerti.
Kaum Kritis : Plis deh... analisis baik-baik. Kalian senang Astrid bebas dari suaminya yang peselingkuh itu. Kalian senang Astrid bisa membela dirinya. But, Hellooo??? Astrid ini lebih tajir mampus dan powerful dari suaminya (sebaiknya baca bukunya karena lebih jelas kesatirannya daripada filmnya yang merayakan konsumerisme ini). Kalau kamu masih menganggap Astrid menderita, kalian salah. Tidak ada orang yang berkuasa yang menderita.
Kaum Optimis dan Pesimis saling berpandangan, nggak ngerti.
Tiba-tiba muncullah Kaum Religius yang selalu bisa melihat dua sisi sama baiknya.
Kaum Religius: Wahai Kaum Pesimis dan Kaum Optimis, berhentilah menggosip. Astrid hanyalah tokoh fiktif. Mari kita berdoa untuk mengadapi masalah yang lebih realistis. Semoga pemilihan presiden tahun depan lancar jaya. Jangan lupa untuk memilih anggota legislatif yang kompeten juga. Ingat loh, presiden dan para legislator sama pentingnya. Bisa-bisa undang-undang kita kacau balau kalau para legislatornya para preman dan penipu.
Kaum Pesimis dan Kaum Optimis bengong.
"Kaum Religius ini kayak Jaka Sembung bawa golok, gak nyambung go*** !!!