[Day 5: Letter to Yourself] Liebe Meike, ...
Selasa, November 17, 2015
Liebe Meike,
Malam ini kau sulit tidur padahal dalam 4 jam lagi kau akan mengikuti kelas yang membahas pemikiran Foucault.Untuk mengundang kantuk, kau berusaha menyelesaikan novel terakhir Paulo Coelho yang kau beli, Adultery. Buku itu memang menceritakan tentang peristiwa yang belum kau alami. Tapi, kau tahu sendiri dalam riset tesismu yang kau lakukan, sebuah novel dapat memberi gambaran terhadap suatu peristiwa yang mungkin akan dialami pembacanya. Kisah yang dibaca pembaca sebelumnya dalam novel akan memberi perasaan familiar terhadap peristiwa serupa. Jadi, jika di masa mendatang kau menjadi Linda, kau sudah bisa mengantisipasi perasaan dan situasi tersebut.
Beberapa jam sebelumnya, kau juga membaca berbagai postingan satu-dua teman perempuanmu yang khawatir akan pernikahan. Mereka takut tidak akan mendapatkan pasangan. Mereka takut akan hidup sendiri, menjadi perawan tua, dan mati kesepian. Kau gemas pada mereka. Kau ingin berteriak pada mereka bahwa menjadi single bukanlah sebuah horor. Kau ingin bilang bahwa eksistensi perempuan tidaklah diukur dari ada tidaknya laki-laki yang menjadi pasangan mereka. Kau ingin bilang bahwa pernikahan seharusnya tidak menjadi ajang lomba lari. Kau ingin menjelaskan pernikahan harusnya menjadi persatuan dua manusia untuk hidup bersama dengan bertanggung jawab dan didasari cinta kasih. Kau ingin meneriakkan justru bersama dengan orang yang salah adalah sebuah horor dan bukannya karena untuk sementara kau masih sendiri. Tapi apa daya, kau harus memahami dan menahan diri. Mereka seumpama anak kecil yang mengetahui warna pelangi dari sebuah lagu anak-anak. Mereka tidak tahu bahwa selain merah, kuning, dan hijau juga terdapat jingga, biru, nila, dan ungu.
Beberapa jam sebelumnya, kau juga membaca berbagai postingan satu-dua teman perempuanmu yang khawatir akan pernikahan. Mereka takut tidak akan mendapatkan pasangan. Mereka takut akan hidup sendiri, menjadi perawan tua, dan mati kesepian. Kau gemas pada mereka. Kau ingin berteriak pada mereka bahwa menjadi single bukanlah sebuah horor. Kau ingin bilang bahwa eksistensi perempuan tidaklah diukur dari ada tidaknya laki-laki yang menjadi pasangan mereka. Kau ingin bilang bahwa pernikahan seharusnya tidak menjadi ajang lomba lari. Kau ingin menjelaskan pernikahan harusnya menjadi persatuan dua manusia untuk hidup bersama dengan bertanggung jawab dan didasari cinta kasih. Kau ingin meneriakkan justru bersama dengan orang yang salah adalah sebuah horor dan bukannya karena untuk sementara kau masih sendiri. Tapi apa daya, kau harus memahami dan menahan diri. Mereka seumpama anak kecil yang mengetahui warna pelangi dari sebuah lagu anak-anak. Mereka tidak tahu bahwa selain merah, kuning, dan hijau juga terdapat jingga, biru, nila, dan ungu.
Paulo Coelho rupanya sepakat. Di halaman 245, ia menulis:
What is really contagious is fear, the costant fear of never finding someone to accompany us to the end of our days. And in the name of this fear we are capable of doing anything, including accepting the wrong person and convincing ourselves that he or she's the one, the only one, who God has placed in our path.
Lucu ya. Di buku ini kau menemukan beberapa argumen dan pemikiranmu yang sebelumnya tidak pernah kau ceritakan pada orang lain. Well, kau berencana menulisnya di blog tapi tulisan itu tampaknya sangat berat. Tulisan itu adalah dugaanmu terhadap penyebab kekosongan yang diderita manusia. Kau merasa Paulo Coelho mengafirmasi pemikiranmu. Bahkan kau punya pemikiran yang serupa. Dan kau terkejut, karena Paulo Coelho sudah kenyang makan asam garam kehidupan, sementara kau miskin pengalaman. Kau telah mengalami apa yang disebut Einstein sebagai lompatan quantum. Tapi biarlah kita menyebutnya sebagai kebetulan saja.
Liebe Meike,
Seperti manusia mana pun di dunia. Kau pun mendambakan pasangan. Tetapi, itu bukan lagi satu-satunya tujuanmu. Kau mulai mempertanyakan apa tujuan Tuhan menciptakanmu ke dunia? Apakah kau hanya ingin hidup untuk dirimu sendiri atau untuk orang lain?. Kau memutuskan menjadi seorang guru. Tetapi ketika kau mengintip ke dunia itu, kau merasa tidak layak. Kau merasa belum pantas. Maka, kau ingin terus sekolah dan belajar. Kau menginginkan pengetahuan seperti Ibu kita Hawa menginginkan buah Pengetahuan. Kau tidak takut akan konsekuensi diusir dari Taman "Rumah Tangga" Eden untuk sementara waktu. Ular adalah penyelamatmu. Ia menawarimu kesempatan membuka mata untuk melihat dunia dan bertemu banyak orang. Ular menawarkanmu petualangan mengunjungi negeri-negeri jauh, pengalaman-pengalaman menakjubkan, dan kebersamaan dengan orang-orang yang tak pernah kau duga akan kau temui nanti di perjalanan. Kau memiliki cita-cita dan kau khawatir The Wrong Adam akan menjadi batu sandungan untuk menggapai cita-citamu itu. Kau berdoa untuk sebuah cinta dan masa depan yang penuh harapan.
Ingatlah ini, ketika di masa depan kau menghadapi dilema yang membuatmu harus memilih.
Viele Liebe Grüβe,
deine Meike
1 comments
"Kau memutuskan untuk menjadi seorang guru. Tetapi ketika kau mengintip ke dunia itu, kau merasa tidak layak. Kau merasa belum pantas. Maka, kau ingin terus sekolah dan belajar.."
BalasHapusi do feel you kak Mei. Entah kekhawatiran pada kalimat kak Meike itu sama dengan kekhawatiran yang sedang saya rasakan atau tidak. Tapi, i feel you kak :')