[Day 2: Your Feeling Today] 4 Fase? Hmmmm....
Rabu, Oktober 07, 2015
www.tumblr.com
#NowPlaying Mocca - Happy
Butuh dua hari kontemplasi untuk menjawab tantangan ke-2 ini. Entah apa yang merasuki Alvidha sehingga memasukkan pertanyaan tentang "bagaimana perasaanmu hari ini" ke dalam tantangan blognya. Saya membayangkan dia duduk dengan memakai jas putih ala dokter sambil sesekali memperbaiki letak jilbabnya yang bersahaja. Laksana psikiater atau psikolog, ia menatap pasiennya dengan penuh perhatian sambil memegang buku notes tanpa garis-garis kesukaannya untuk sesekali digambari ultraman atau alter ego-nya kalau ia sudah bosan. Kita yang ditantang untuk menulis blog ini-lah pasiennya.
Alih-alih mengingat "bagaimana perasaan saya hari ini" (yang terakumulasi dari beberapa hari sebelumnya), saya malah teringat pada agenda bonus majalah Gadis di sekitar awal tahun 2000-an. Waktu itu saya masih duduk di bangku SMP. Agenda itu menarik karena tidak hanya berisi lembar-lembar untuk mencatat PR dan tugas-tugas sekolah, tetapi juga berisi kolom emosi dan pengetahuan tentang kesehatan dan astrologi. Kolom emosi itu yang paling menarik buat saya. Setiap kolom berisi gambar emoticon yang menggambarkan perasaan seseorang dengan skala: gembira, senang, biasa saja, marah, sampai sedih. Semakin ke atas, emosinya semakin positif, sebaliknya semakin ke bawah, emosinya semakin negatif. Setiap hari sepanjang tahun, kita diajak untuk memberi lingkaran penuh (dot) pada salah satu kolom-kolom itu. Tidak boleh lebih dari satu tanda dot. Di akhir bulan, kita akan menarik garis mengikuti setiap dot yang kita isi pada kolom-kolom emosi itu. Hasilnya, akan tergambar kurva yang menggambarkan emosi kita dalam sebulan. Well, ada masa-masa di mana emosi saya dominan berada di area negatif.
Dalam menyangkut perasaan, tampaknya manusia akan berada dalam empat fase. Saya tidak tahu istilah ilmiahnya tapi saya lebih suka menyebutnya sebagai fase berjuang, fase menikmati, fase menunggu, dan fase merana. Fase Berjuang adalah keadaan yang menempatkan kita untuk berjuang menggapai tujuan. Entah itu belajar di sekolah; proses menulis, bimbingan, sampai mengurus berkas untuk ujian skripsi/tesis/disertasi; belajar bahasa asing bagi mereka yang ingin sekolah ke luar negeri; orang-orang yang sedang berjuang dalam setiap karir yang mereka geluti; mereka yang berusaha menjadi orang terkenal; sampai mereka yang sedang berusaha membuat pujaan hatinya membalas perasaannya. Oh, fase ini sangat berat. Seperti berada dalam medan peperangan. Kita tidak tahu siapa musuh dan kawan. Kita tidak boleh lengah, karena setiap saat kita bisa dikalahkan. Musuh utama adalah diri sendiri. Musuh berat berikutnya adalah lingkungan internal: entah keluarga, teman, atau pacar yang berusaha menghalangi kita menggapai tujuan. Musuh ketiga adalah lingkungan eksternal yaitu orang-orang atau kelompok luar yang menghambat kita. Dalam fase ini, kita butuh strategi perang yang jitu untuk bertahan hidup. Semua perjuangan itu bermuara pada kemenangan yaitu setiaip tujuan yang kita harapkan.
Ketika kita berhasil menggapai kemenangan, maka pintu fase kedua akan dibukakan: Fase Menikmati. Ini masanya bersenang-senang. Kita menikmati hidup sampai berat badan kita naik hihii. Pokoknya perasaan bahagia. Tantangan tetap ada tapi tidak mengancam -menggunakan istilah TNI- stabilitas keamanan nasional. Ini adalah masa-masa happy. Maka, nikmatilah.
Tentu tidak selamanya orang bahagia. Ada fase di mana manusia berada pada keadaan yang berada di area abu-abu. Tidak senang, tidak juga merana. Ini adalah fase yang tricky. Fase ini adalah Fase Menunggu. Fase ini kerap kali membuat galau karena tidak tahu harus dirayakan dengan tawa atau air mata. Di kolom emosi, tanda dot berada pada garis senyum datar. Iman manusia diuji. Harapannya digantung. Seolah-olah Tuhan bekerja begitu lamban. Fase ini familiar dengan orang yang bersabar menunggu pengumuman beasiswa atau kerja yang tak jelas waktunya, menunggu dilamar kekasih, menunggu hadirnya belahan jiwa, menunggu kelahiran anak, menunggu kematian, sampai menunggu asap di Kalimantan berubah menjadi udara jernih. Kunci bertahan pada fase menunggu adalah kesabaran dan penerimaan. Fase ini mengajarkan kita untuk bersabar pada waktu dan menerima ketidakpastian. Saya berada dalam fase menunggu saat ini.
Fase Merana adalah fase yang gelap. Jangan takut dan malu mengakui bahwa kita berada pada fase ini. Fase merana membuat cahaya dan harapan kita meredup. Banyak orang menutup dirinya ketika berada dalam fase ini. Sebagian merasa bahwa fase merana adalah tempat bagi orang-orang yang kalah. Fase merana adalah tanda kelemahan. Maka banyak orang berbondong-bondong mengingkari kelemahannya. Mengingkari bahwa mereka lemah dan tak berdaya. Padahal lemah dan tak berdaya adalah sifat hakikat manusia juga. Karena kalau kita kuat dan perkasa kita bukanlah manusia tetapi yang disebut orang beragama sebagai Tuhan. Mengingkari diri bahwa kita terluka sama saja dengan mengingkari kemanusiaan kita. Tak ada orang yang terlahir kuat, kita hanya selalu berusaha menguatkan dan menegarkan diri. Maka, seperti kata Ibu kita Kartini, "Habis gelap terbitlah terang". Karena cahaya dan pengharapan lahir dari kegelapan dan keputusasaan.
Di fase manakah kamu?
0 comments