[Day 1: Favorite Things] 6 Suasana Favorit dalam Hidup Saya
Minggu, Oktober 04, 2015
Sejujurnya saya bingung mau menuliskan apa. Ada banyak hal-hal yang masuk dalam kategori “favorite things”. Mulanya saya ingin mereview buku, lagu, atau film kesukaan. Tapi masalahnya, ada lebih dari 1 judul buku, film, dan lagu yang saya sukai. Sangat berat memutuskan mana yang “paling” saya sukai dari hal-hal tersebut karena saya menyukai semuanya. Setiap film, lagu, atau buku memiliki keunikan dan kenangannya sendiri-sendiri. Oleh sebab itu saya memilih suasana yang paling saya sukai. Setidaknya lebih mudah dikategorikan dan tidak terlalu banyak.
1. Suasana saat mendengarkan lagu-lagu lama.
Ohhh..itu surga sekali. Lagu-lagu itu telah menyentuh kedalaman diri kita. Ada suatu kedamaian yang sulit dinalarkan. Kita seperti terikat dengan memori dari lagu-lagu itu yang mungkin kisahnya belum pernah kita alami sebelumnya. Kadang saya merasa perasaan itu tertransfer dari memori kolektif orang-orang yang mendengarkan lagu-lagu itu sebelumnya kepada generasi sesudahnya. Selain itu, perasaan itu mungkin dipicu dari lirik dan melodi yang menjadi alat transenden kenangan yang tersimpan dalam lagu-lagu itu. Jika kau peka dan membuka diri serta tidak menganggap lagu-lagu itu kuno dan kampungan, lagu-lagu itu merasukimu sampai ke relung hati yang tak kau ketahui. Kau akan menemukan suatu perasaan magis yang bercampur dengan kenanganmu sendiri dan hal itu sanggup membuatmu meneteskan air mata.
2. Foodgasm
pic from
Saya sesungguhnya bingung memasukkan foodgasm sebagai suasana atau sesuatu, yang jelas saya senang sekali kalau mengalami hal ini. Foodgasm (food and orgasm) adalah kenikmatan yang kita peroleh ketika memakan suatu makanan yang disukai atau enak sekali. Seperti orgasme pada hubungan seksual, foodgasm juga terjadi dalam waktu yang singkat, meskipun makannya lama cyn hehe... Foodgasm adalah peristiwa yang berpusat antara dirimu dan obyek yang memberimu kenikmatan. Waktu terasa berhenti tetapi di saat yang sama juga terasa berjalan cepat. Suatu keadaan yang nisbi, kadang-kadang tak beraturan, dan nikmat. Hal itu juga membuatmu kacau dan sedih jika berakhir. Foodgasm biasanya terjadi ketika makanan itu akan habis atau kau memakan bagian yang dirasa lidahmu adalah yang terenak. Foodgasm tidak identik dengan makanan mahal. Sepiring nasi hangat dengan sayur bayam yang dicampur jagung, disajikan dengan ikan layang kecil yang digoreng kering, plus sambel terasi sudah cukup membuat saya melayang. Suasana yang tepat misalnya kebersamaan atau rasa lapar tak tertahankan bisa menjadi pemicunya.
3. Suasana pada saat sore menjelang senja
menanti senja dengan teman-teman saya di Gili Trawangan
Ini suasana yang saya sukai sekaligus membuat saya takut. Ada pergantian waktu dari terang menuju gelap yang biasanya diselipi angin sepoi-sepoi yang membuat hati kita jadi hangat dan kadang-kadang oleh orang-orang tertentu menjadi suasana ritual memanggil masa lalu. Tapi juga membuat saya ngeri dan merinding. Kadang-kadang saya merasa takut terhisap oleh paranoia dan waktu peralihan itu. Entah mengapa.
Biasanya suasana ini menyenangkan ketika kita berada di pantai yang mengarah ke laut lepas, pantai di sebuah pulau, suasana dari ketinggian (bisa gedung, bisa daratan tinggi) sambil memandang pemandangan di bawahnya, atau duduk di depan teras rumah sambil melihat orang lalu-lalang. Mungkin suasana ini juga yang menginspirasi orang-orang Barat yang kemudian dibawa orang Belanda ke Indonesia untuk melakukan tradisi minum teh sore-sore sambil makan roti gula atau biskuit.
4. Suasana Menjelang Natal
Suasana menjelang Natal bagi saya dimulai pada minggu kedua Desember. Biasanya akan ditandai dengan diputarnya lagu-lagu Natal. Saya paling suka mendengarkan lagu-lagu Natal sore-sore pas hujan. Saya juga suka ketika sedang berbelanja di Mall atau supermarket dan tokonya memutarkan lagu-lagu Natal. Bagi saya, Malam Natal selalu terasa lebih istimewa daripada waktu hari Natalnya sendiri. Pada hari Natal waktu terasa cepat berlalu. Kau akan lebih sering menerima tamu atau berkunjung daripada merenung. Seperti ada perasaan magis dalam masa penantian. Masa untuk menanti sebuah kedatangan. Perasaan misteri yang sekiranya seperti ketika kau sedang menanti kedatangan seseorang di bandara. Ada harap-harap cemas sekaligus damba. Ada rasa tak sabaran. Ada rindu dan melankoli. Biasanya, di malam itu orang sedang sibuk antara menyiapkan jamuan untuk esok hari, berdoa ke Gereja, atau menikmati acara-acara TV yang everlasting. Sesuatu yang everlasting biasanya juga menghangatkan hati. Sampai saat ini, saya masih berharap untuk tidak perlu bertemu polisi-polisi dengan senjata dan pemeriksaan ketat pada saat akan mengikuti misa Malam Natal. Mau dibilang terganggu jelas, tetapi kita tidak bisa protes karena karena hal itu dilakukan untuk kebaikan umat atau tepatnya mengantisipasi penyerangan bom yang dipicu peristiwa pengebomam Gereja di Malam Natal beberapa tahun yang lalu. Sayangnya, tujuan kebaikan seperti itu justru menghadirkan perasaan khawatir sekaligus aman disaat yang bersamaan. Adakalanya, ketika pikiran saya sedang berada pada area negatif, saya takut sewaktu-waktu saya tidak berhasil menemui yang saya nantikan.
5. Suasana malam di Jogja
Jogja, setiap sudut menyimpan kenangan
Suasana malam di Jogja adalah suasana nostalgia. Di setiap sudutnya terdapat kenangan, selain tentu saja di kota itu juga banyak terjadi peristiwa bersejarah. Kenangan-kenangan bahagia menjadi abadi sehingga orang-orang ingin datang lagi ke kota ini. Namun, ada juga suatu melankoli yang menyihir orang untuk nyaman dengan kenangan-kenangan yang membuat sedih. Suasana malam disana tidak membuat kenangan sedih menjadi hal yang menyedihkan atau memalukan, tetapi sebaliknya kenangan itu justru bertransformasi menjadi perasaan optimis dan penerimaan (nrimo) yang tak disangka-sangka. Mungkin itulah sebabnya Katon Bagaskara menciptakan lagu Yogyakarta, Doel Sumbang menciptakan lagu Malioboro, Shaggy Dog menulis lagu Sayidan, dan Ismail Marzuki menciptakan lagu Sepasang Mata Bola.
Pernah suatu ketika saya jalan-jalan ke Malioboro setelah melakukan perjalanan yang mempertemukan saya dengan pujaan hati yang sudah tak bertemu sekian tahun. Waktu itu saya sedang melankolis mengingat entah kapan lagi kami akan berpapasan jalan hidup. Apalagi pertemuan terakhir itu mengisyaratkan pupusnya harapan untuk bertemu kembali. Sambil menunggu antrian membeli es krim di gerai McDonald yang berada di luar Mall Malioboro, saya menonton pertunjukkan seniman-senian jalanan yang memainkan angklung dan alat-alat musik perkusi sederhana lainnya. Saya teringat dia tanpa berharap dia repot-repot mengingat saya. Tepat ketika itu, setelah memainkan berbagai macam lagu dangdut dan campursari, mereka memainkan lagu Farid Harja yang berjudul Ini Rindu. Kalau kamu jadi saya, bagaimana perasaanmu?
6. Suasana ketika ngobrol dengan orang yang nyambung dan menyenangkan
Saya suka sekali suasana ketika sedang ngobrol dengan orang-orang yang nyambung. Atmosfernya itu menyenangkan. Kau seperti merasa "akhirnya ada yang mengerti dirimu" atau "ada yang menerimamu". Kau seperti buku langka yang akhirya bertemu dengan kolektor yang juga mencarimu kemana-mana. Rasanya waktu berjalan cepat sekali dan kita merasa “Loh, kok gak kerasa ya?”. Tidak peduli apakah waktu itu kami sedang menunggu angkot di halte atau duduk di kantin yang kebersihannya diragukan. Kita sangguh tahan berbicara apa saja meskipun bau busuk sampah tak terurai masuk ke dalam mulut. Adakalanya pula kita berbincang di tempat yang bagus. Café dengan desain interior yang menarik. Suasana nyaman ruang ber-AC di tengah cuaca tropis yang membuat gerah. Di manapun tempatnya, ketika waktunya tepat dan bertemu orang yang nyambung rasanya sangat luar biasa menyenangkan. Sayangnya, kau bisa kecanduan untuk bertemu lagi dan lagi. Kau juga bisa diliputi rasa sedih ketika waktu dan aktivitas memisahkan pembicaraan itu. Ya, mau bagaimana lagi: ada waktu untuk bertemu, ada waktu untuk berpisah.
PS: seiring bertambahnya umur, daftar ini akan terus bertambah
0 comments