Hantu Perawan Tua (bagian 1)
Selasa, November 04, 2014
Apa itu luka?
Trauma adalah kata dari bahasa Yunani yang diartikan sebagai luka. Luka merupakan akibat dari sebuah peristiwa yang menimbulkan rasa sakit. Luka terjadi karena dikenai atau disebabkan sesuatu bukan terjadi dengan sendirinya atau dari dalam. Apapun yang bersinggungan dengan luka akan menimbulkan perih. Ada luka yang cepat sembuh tapi ada banyak luka yang tak kunjung sembuh sehingga bisa saja seseorang tak mau merasakannya lagi. Di sini kita akan bertemu dengan dua jenis orang: mereka yang menghindari trauma dan mereka yang masuk ke dalam trauma untuk membalikkan atau membuktikan kesalahannya.
Setiap orang memiliki luka. Luka itu biasanya disimpan rapat-rapat. Di sini kita jadi tahu ada luka yang disimpan secara pribadi ada luka yang dibagi secara kolektif karena deritanya juga dirasakan secara kolektif. Salah satu luka itu bisa saja dialami tapi bisa saja dilekatkan seenaknya begitu saja. Salah satu luka perempuan, berarti luka saya juga adalah menjadi perawan tua.
***
Di setiap keluarga, pasti ada satu-dua paman atau bibi yang tidak menikah. Ini tidak merujuk paman atau bibi yang memutuskan selibat karena alasan spiritual. Biasanya paman atau bibi tidak menikah karena sesuatu dan lain hal. Mereka tidak pernah membicarakannya. Tapi mungkin mereka diam-diam menginginkannya. Sayangnya, mereka tak mau mengatakannya kepada kita karena dengan membicarakannya berarti mereka mengorek lukanya sendiri. Entah apapun itu. Namun, rupanya ada pembedaan antara paman atau bibi yang tidak menikah itu. Paman umumnya yang tak menikah itu tidak begitu bergantung pada keluarganya. Saya mengenal paman orang lain yang bahkan menjadi tulang punggung keluarga. Mungkin diam-diam keluarganya mendoakan dia tak usah menikah saja, karena jika ia menikah -kalau istrinya jahat bisa mengunci pengeluaran si paman kepada keluarganya. Nah, bibi umumnya bergantung pada keluarga, biasanya orang tua atau keluarga saudaranya. Dan biasanya ketergantungan ini membuat mereka semakin dalam lukanya. Tidak punya kekuatan ekonomi membuat mereka terpaksa menjadi kepala babu di rumah.
Namun, zaman berganti. Bibi-bibi yang tak menikah juga punya power secara ekonomi. Mereka tak punya kesulitan secara materi namun sayangnya mengantarkan mereka jatuh cinta pada pada materi. Seorang bibi yang saya kenal seperti terkena sindrom ketakutan pada kami - keluarganya yang biasa-biasa ini- karena takut kami meminta uangnya atau apapun miliknya sehingga awalnya ia yang begitu ramah pada masa kanak-kanak saya berubah jadi nenek sihir karena ia begitu menutup diri. Anehnya, sikapnya juga berubah, yang ramah dan manis menjadi begitu nyinyir dan memaksa kehendak. Di satu sisi, saya jadi kasihan padanya tapi di sisi lain saya kesal karena perilakunya. Tapi semoga saja tak ada hubungannya dengan urusan pernikahan.
***
Gambaran perawan tua sudah begitu menakutkan perempuan. Di sekolah, guru perempuan yang tak menikah yang paling kejam. Ini nyata, saya paling takut dengan guru prakarya saya waktu SD sehingga saya selalu berdoa semoga sakit di hari senin. Ibu guru itu tak cuma ringan tangan tapi juga sering mengucapkan kata-kata yang menyakitkan hati. Wajahnya jarang tersenyum. Dan ketika beberapa orang tua murid datang mengadu pada wali kelas, ibu wali kelas yang baik hati dan sudah menikah mengatakan, "Makhlum Bu, Pak...perawan tua". Rupanya ada asosiasi antara perawan tua dengan sikap-sikap yang berasal dari dengki semacam itu. Anehnya, pada bujang lapuk- sebutan untuk pria yang tak menikah- hampir-hampir jarang saya dengar ada bapak B yang kasar pada murid atau orang lain karena ia tak menikah. Tak ada asosiasi, "Maaf Bu, Pak...Pak B begitu karena tak kawin". Di sini ketidakadilannya, sifat jahat tidak dilekatkan pada bujang lapuk tapi pada perawan tua. Mungkin kita hanya ingin menyederhanakan persoalan dengan memberi asosiasi seperti itu. Tetapi asosiasi itu begitu tak adil. Tak ada orang yang bercita-cita menjadi sesuatu yang memiliki sifat jahat. Maka jangan salahkan banyak perempuan yang tak sudi menjadi perawan tua.
....bersambung di Hantu Perawan Tua (Bagian 2)
0 comments