Rindu Rambo
Kamis, April 10, 2014
*Rambo*
Mereka yang tidak pernah memiliki binatang peliharaan tidak akan pernah mengerti rasanya kehilangan binatang peliharaan. Dalam konteks ini saya akan bercerita tentang anjing.
***
Redbeard (Janggut Merah) adalah anjing peliharaan Sherlock Holmes yang pernah dibaca Magnussen sebagai (mungkin) adalah kelemahannya. Rambo adalah Redbeard bagi saya. Dan saat ini entah mengapa saya tiba-tiba merindukannya.
Rambo hilang hampir dua tahun lalu. Tidak diketahui apakah ia masih hidup atau sudah mati. Apakah ia telah beranak-pinak, dipelihara oleh tuan baru yang lebih baik, ataukah telah bertemu dengan Bapa di Surga.
Ketika saya kehilangan Rambo, saya hampir-hampir tak mendapatkan simpati. Kebanyakan dari mereka tertawa terbahak-bahak atau menganggapnya lelucon ( anjing kok ditangisi...?). Tapi kehilangan tetap saja mendatangkan kesedihan entah pada apa atau siapa.
Kita pernah dengar dan tahu kisah-kisah persahabatan antara anjing dan manusia. Bahwa anjing ditahbiskan sebagai binatang yang paling setia. Bagi saya, anjing dan tuannya memiliki konektivitas yang tidak pernah dibayangkan mereka yang tak pernah memiliki anjing atau hewan lain. Justru binatanglah yang menstimulus rasa kemanusiaan kita. Se-apatis-apatisnya seseorang, ia tak akan tega membiarkan anjingnya kelaparan. Sekesal-kesalnya seseorang karena kenakalan anjingnya ( misalnya pipis sembarangan), ia juga tak akan tega menunggu sampai matahari terbenam untuk berbaikan.
Anjing pun demikian, senantiasa mengikuti tuannya. Biar kukatakan sekali lagi, seekor anjing mengenal siapa pemiliknya, siapa tuannya. Kemanapun anjing pergi, ia tahu jalan untuk pulang ke rumahnya ( emangnya domba yang sekali keluar kandang tidak tahu jalan pulang). Anjing yang tak kembali adalah anjing yang dibunuh, diikat, atau dibawa pergi jauh dari sekitar lingkungannya.
Keajaiban lainnya adalah anjing peliharaan memantrai si tuan dengan aromanya. Aroma anjing peliharaan itu sebagai penanda bahwa kita adalah sahabat anjing. Oleh sebab itu, takkan ada anjing manapun yang menyalak galak padamu. Sampai saat ini aroma itu masih melekat pada saya. Setidaknya sampai sekarang anjing-anjing masih ramah pada saya. Aroma itulah seperti azimat yang diberikan Rambo sebelum kepergiannya.
Tahukah kamu? Gonggongan anjing juga adalah identitasnya. Sama seperti sidik jari pada manusia, suara gonggongan anjing tidak ada yang persis sama. Tuan yang baik mengenali gonggongan anjingnya. Anjing pun hanya mengenali identitas yang pertama kali diberikan. Kalau sekali ia dipanggil dengan satu nama takkan gunanya kau memanggilnya dengan nama lain. Anjing nampaknya adalah binatang yang konsisten.
Di samping kos saya, ada sebuah rumah yang dihuni keluarga yang memelihara anjing. Suara gonggongannya yang kadang terdengar itu membuat saya teringat pada Rambo. Ingat bahwa saya sering lalai mengurusnya. Tahu bahwa waktu tak bisa diputar kembali agar saya bisa kembali mengurusnya dengan baik dan menampar saya bahwa seharusnya kita harus menjalani waktu sebaik-baiknya dengan yang dikasihi sebelum waktu kita telah habis dengannya. Sakit rasanya menyadari bahwa meskipun suatu hari nanti saya akan memiliki binatang peliharaan yang baru, Rambo tetap Rambo dan takkan ada yang bisa menggantikannya.
Takkan ada anjing lain yang memiliki karakter yang sama seperti Rambo.
Rambo hanya ada satu. Takkan ada Rambo II, Rambo III, atau bahkan Rambo IV.
0 comments