Selalu Cukup
Sabtu, Oktober 19, 2013
Pernah suatu kali saya dan Mami pergi ke bank. Saya sudah lupa jenis transaksi apa yang kami lakukan namun peristiwa setelah transaksi di bank itu yang tidak bisa saya lupakan. Saat saya dan Mami menuju ke parkiran, seorang bapak penjaga parkir datang menghampiri. Ia kemudian mengambil alih setang motor dari tangan Mami agar motor itu dapat dikeluarkan dari sesaknya parkiran di halaman bank. Setelah motor berhasil lolos, ia mengembalikan kepada Mami. Seperti lazimnya yang terjadi di tempat parkiran, orang akan membayar jasa petugas parkir tersebut. Biasanya sekitar lima ratus sampai dua ribu perak. Kami bersimpati pada bapak penjaga parkir itu karena ia rajin, biasanya banyak tukang parkir yang malas dan tidak peduli. Hari itu kebetulan baik saya maupun Mami tidak memiliki uang kecil. Akhirnya dengan tidak enak hati Mami memberi uang sebesar lima ratus perak (maksud hati ingin memberi seribu-dua ribu namun apa daya). Si bapak petugas parkir yang sudah cukup renta itu menerimanya. Mami kemudian bertanya:
"Cukup ji daeng?".
Secara mengejutkan si bapak menjawab:
"Selalu cukup. Tuhan tidak pernah kasi' kurang."
Kata-kata si bapak petugas parkir itu sampai sekarang masih terngiang-ngiang. Disaat kiriman dari orang tua semakin menipis dan uang beasiswa dari pemerintah belum cair, perasaan khawatir kerap melanda. Namun disitulah gunanya iman. Saya selalu merasa bahwa hari esok pasti akan berbeda. Selalu ada berkat yang baru setiap hari. Akan ada duit yang ditransfer atau rejeki yang entah datang dari mana saja. Mungkin dalam bentuk traktiran atau oleh-oleh. Alhasil minimal uang yang ada dalam pundi-pundi rela saya habiskan demi membeli kesenangan kecil seperti buku atau es krim. Saya tak peduli. Saya ingin menikmati hidup. Dalam konteks tertentu apa yang saya lakukan memang boros tapi dalam hal tertentu saya hanya ingin merasakan sensasi jika keinginan itu terpenuhi. Nikmatnya memang candu tapi itulah hasrat manusia yang hidup.
Tetapi tentu saja boros bukanlah tindakan yang menguntungkan karena masa depan memang selalu tidak pasti. Setidaknya kita harus menyimpan sedikit sebagai jaga-jaga. Saya selalu teringat ayat dalam injil Matius ini,"Janganlah kamu khawatir akan hari besok, sebab hari besok memiliki kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah sehari". Ayat ini selalu menjadi pembenaran bagi saya untuk melakukan kelakuan hedonis sekaligus sebagai kekuatan dalam menghadapi pergumulan (jika menghadapi hari yang berat dan rasanya ingin semuanya cepat-cepat berlalu).
Benar kata bapak penjaga parkir itu, Tuhan memang selalu mencukupkan kita. Saya tidak pernah merasa berkelebihan atau berkekurangan. Selalu pas, cukup. Jika hari ini benar-benar abis, maka esoknya berkat yang baru tiba. Dalam hal ini saya belajar bahwa saya merasa cukup untuk apa yang saya butuhkan. Tetapi dilain sisi, saya merasa kurang untuk hal-hal yang saya inginkan.
Bukankah memang Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan?
Saya menutup hari ini dengan pengertian bahwa apabila Ia belum memberi apa yang saya inginkan saat ini berarti Dia tahu bahwa hal tersebut belum saya butuhkan.
Benar kata bapak penjaga parkir itu, Tuhan memang selalu mencukupkan kita. Saya tidak pernah merasa berkelebihan atau berkekurangan. Selalu pas, cukup. Jika hari ini benar-benar abis, maka esoknya berkat yang baru tiba. Dalam hal ini saya belajar bahwa saya merasa cukup untuk apa yang saya butuhkan. Tetapi dilain sisi, saya merasa kurang untuk hal-hal yang saya inginkan.
Bukankah memang Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan?
Saya menutup hari ini dengan pengertian bahwa apabila Ia belum memberi apa yang saya inginkan saat ini berarti Dia tahu bahwa hal tersebut belum saya butuhkan.
0 comments