Dear Brother and Sister, Happy Fasting ^^
Senin, Juli 08, 2013
Selama dua dekade tinggal di Indonesia dengan masyarakatnya yang majemuk serta mayoritas beragama Muslim membuat saya jadi banyak belajar tentang toleransi dan menghargai perbedaan. Sejak kecil, orang tua saya sudah mengajarkan untuk saling menghargai kepercayaan masing-masing. Terutama saat bulan Ramadhan tiba, saya dididik untuk menghormati saudara-saudara kami yang sedang menjalankan ibadah puasa.
Waktu kecil saya pernah dimarahi Mami abis-abisan karena makan es krim di dalam angkutan umum padahal saat itu sedang bulan puasa. Sejak saat itu saya tidak berani mengunyah atau memegang makanan di public area. Kami juga memiliki keluarga angkat yang beragama Muslim. Mereka keturunan raja Mandar, rakyat jelata memanggil mereka Puang Andi, tapi saya memanggil Ibu dan Bapak Gode (karena badannya besar) serta anak-anaknya dengan sebutan kakak. Saya sering dititip disana karena orang tua saya bekerja. Saya paling suka kalau bulan puasa tiba, disana pasti banjir makanan enak hehe. Setiap lebaran kami pasti wajib kesana. Rasanya ada yang ganjil kalau lebaran tidak silaturahmi ke rumah Ibu, seperti kalau tidak ke gereja kalau hari Minggu.
Bersekolah di sekolah Katolik juga memberikan pelajaran berharga untuk saya. Di Rajawali ada siswa yang beragama Muslim, Hindu, Buddha, dan tentu saja Kristen Protestan. Kalau bulan puasa tiba, teman-teman yang Muslim pasti lebih "berat" menjalaninya karena mereka minoritas disana. Sekolah memberikan kebijakan dengan sekolah setengah hari. Di luar bulan puasa karena tentu saja hanya ada kapel di sekolah, teman-teman Muslim bisa pulang lebih dulu kalau mereka minta izin untuk sholat di mesjid. Kami yang tidak puasa meminta izin kepada teman-teman yang puasa kalau mau makan jika kebetulan mereka ada disitu. Biasanya teman-teman saya itu mempersilahkan dan tidak mempermasalahkan hal itu.
Memasuki dunia kampus, karena saya kuliah di kampus negeri, tentunya keadaan jadi berbalik. Kami yang tidak puasa kadang ikut-ikutan puasa karena kantin-kantin di bulan puasa tutup. Ada satu kantin yang terletak di kolong fakultas ekonomi yang buka tapi saya tidak cocok makan disana karena pernah gatal-gatal akibat mie instan yang dimasak tidak higienis. Waktu semester awal saya pernah bawa makanan dari rumah, atau kalau ada teman yang tidak puasa karena datang bulan kami akan pergi makan di Mtoz. Waktu kuliah juga saya tahu kalau selain puasa di bulan Ramadhan juga ada puasa Senin - Kamis. Saya juga baru tahu kalau perempuan tidak boleh sembayang atau ke mesjid/mushollah kalau lagi datang bulan. Saya menghormati aturan itu.
Keberagaman memang menjadi makanan sehari-hari orang-orang yang tinggal di Indonesia. Tentu saja selain kepercayaan kita yang beragam, masyarakat ini juga terdiri dari ratusan bahkan ribuan suku dan etnis. Sebagai masyarakat yang majemuk tentu saja menjaga persatuan dan kesatuan sudah menjadi tanggung jawab bersama.
Akhirnya saya mau mengucapkan selama menunaikan ibadah puasa untuk saudara-saudaraku yang menjalankan. Semoga mendapatkan berkat dari Tuhan.
PS : menerima undangan berbuka puasa atau ajakan teman untuk berbuka :p
2 comments
Terimakasih, Mei. Tinggal di Indonesia butuh toleransi ekstra kuat. Sebenarnya, jadi mayoritas di negeri sendiri juga butuh kedewasaan lebih. Kedewasaan biar tidak merasa superior dan tidak mendominasi kepercayaan orang lain. IMHO sih.
BalasHapussama-sama abang....
BalasHapusyup betul sekali...anyway, kapan acara bukpus ini? :D