Tak Ada Teman dan Musuh Yang Abadi
Selasa, Juni 11, 2013
Dari dulu saya selalu merasa memiliki insting atau bisa juga disebut firasat mengenai seseorang atau sesuatu. Saya pun yakin bahwa manusia pada dasarnya memang dilengkapi dengan kemampuan beradaptasi termasuk memiliki perasaan "diterima" dan "ditolak" dalam sebuah kelompok atau tempat. Jadi sebenarnya saya tidak mesti merasa terlalu istimewa dengan perasaan-perasaan itu.
Perasaan itu muncul sejak beberapa bulan yang lalu, perasaan "diasingkan" atau "ditolak" oleh kelompok dimana dulu kami mengangkat diri sebagai saudara. Setelah apa yang terjadi pada saya, mereka tiba-tiba berubah menjadi musuh dalam selimut. Mereka tidak siap menerima perubahan dan mampu bertahan dalam perbedaan yang terjadi. Setiap kali saya melihat mereka yang saya rasakan adalah aura rasa iri yang luar biasa. Dulu kami bisa saling bercanda namun sekarang candaan itu penuh dengan rasa benci. Mereka tersenyum namun di belakang mereka habis-habisan menceritai saya. Sayangnya, di antara mereka sendiri pun juga saling membenci, saling menceritai satu sama lain, sangat menyedihkan. Rasa persaudaraan dan kekompakan itu dihargai sebatas pergi ke rumah bernyanyi. Dimana kamu ketika saudaramu difitnah orang?Dimana kamu ketika ada temanmu lapar?
Apa yang salah dengan menjadi berbeda?
Mereka mendadak menjadi komunis dengan merasa bahwa semua orang harus berjalan sejajar dengan mereka. Faktanya bahkan di negara-negara komunis sekalipun akan ada satu Kamerad yang menjadi pemimpin. See, tak pernah ada masyarakat tanpa kelas. Tak pernah ada manusia yang bebas nilai. Karena toh tetap ada yang menguasai dan dikuasai, mungkin itu juga salah satu insting manusia yaitu untuk berkuasa. Jika kamu percaya Tuhan adil, maka kita tidak perlu iri dengan rejeki orang lain. Karena masing-masing kita memiliki rejekinya masing-masing.
Hal yang paling menyakitkan hati adalah orang yang kau percayai ternyata mengkhianatimu. Iya, ia berubah menjadi mereka. Anehnya meski saya marah padanya, saya malah tetap mengingat kebaikan-kebaikannya. Orang-orang bilang "tak ada teman dan musuh yang abadi". Bagi saya, kemalangan seseorang adalah ketika ia tidak mengenali siapa temannya daripada siapa musuhnya.
Ini adalah pelajaran terakhir yang diberikan kampus pada saya. Tak ada seorang pun yang bisa kau percayai. Di kota yang baru nanti, saya berharap saya tidak akan lengah. Oma Pop --meski dalam kelemahan fisik-- telah berpesan untuk tetap berhati-hati. Orang-orang disana jauh lebih kejam, mereka bahkan mampu menghalalkan segala cara.
Yah...hidup memang bukan jalan tol yang selalu mulus.
0 comments