Sepotong Cinta Untuk Pak Sis
Senin, April 22, 2013Pada tahun 1967, seorang penyanyi Inggris bernama Lulu menyanyikan sebuah lagu berjudul "To Sir With Love" yang berkisah tentang seorang gadis yang naksir gurunya di sekolah. Lagu "To Sir With Love" merupakan salah satu lagu hits di dekade 60-70-an dan telah banyak dicover oleh penyanyi-penyanyi dunia termasuk Tina Arena dan Chaka Khan. Lalu apa hubungannya lagu ini dengan saya?
***
Ingatan itu kembali di tahun pertama saya di perguruan tinggi. Saat masuk kuliah, saya tidak memiliki ekspektasi yang besar atas apa yang akan saya alami nanti, termasuk hubungan percintaan yang sepertinya jauh dari harapan. Lalu, semuanya berubah tepat ketika saya memulai perkuliahan pertama hari itu.
Namanya terdiri dari enam huruf yang dimulai dengan huruf S. Demi kepentingan bersama, saya menyamarkan namanya menjadi Pak Sis. Umurnya sekitar akhir 20-an atau awal 30-an. Pak Sis adalah salah satu dosen yang mengajar mata kuliah Pengantar Ilmu Politik di kelas saya. Sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, mempelajari ilmu Politik adalah sebuah keharusan dan dasar sebelum masuk ke ilmu-ilmu yang lain. Kelas Politik berlangsung setiap hari Senin dan dimulai pukul 8 pagi. Pertama kali masuk, beliau sudah mencuri perhatian kami. Saya harus sepakat dengan Melissa Karim bahwa bagian terseksi dari pria adalah otaknya. Pak Sis ini termasuk kategori pria "seksi".
Salah satu perbedaan antara orang pintar dengan orang cerdas adalah orang pintar belum tentu mampu mentransferkan ilmunya kepada orang lain dan kemampuan itulah yang sudah pasti dimiliki orang cerdas. Pak Sis adalah dosen yang cerdas. Beliau juga suka membaca. Salah satu alasan saya membeli buku Perahu Kertas-nya Dee karena buku itu juga direkomendasikan oleh Pak Sis. Menurut Pak Sis buku itu cocok untuk kami-kami ini yang sedang melalui transisi dari remaja ke dewasa. Buku itu juga yang paling ringan dari buku-bukunya Dee yang lain.
Secara fisik, Pak Sis termasuk good looking meskipun tidak setampan artis juga. Karena S1 beliau di UGM serta sempat menjadi salah satu staff ahli salah seorang anggota DPR RI di Jakarta, maka cara beliau ngomong itu sering bikin melting. Pak Sis suka pake saya - kamu dengan intonasi seorang pacar yang sedang meyakinkan ceweknya yang sedang bimbang #eaaa
Penampilan beliau biasa saja namun bersahaja. Kalau ibarat artis beliau ini perpaduan antara Kiefer Sutherland di 24 dan Nicholas Cage di National Treasure. Singkatnya eksekutif muda-nya dosen-dosen lah. Sejak hari pertama Pak Sis mengajar, saya sudah memplokamirkan diri sebagai fans fanatiknya. Bila kuliah dimulai jam 8 pagi, maka saya sudah berada di kampus pukul setengah 8 dan duduk di barisan paling depan, pas depan meja dosen. Teman-teman angkatan saya yang tahu saya nge-fans dengan Pak Sis pasti akan sedikit meledek saya atau jika Pak Sis menerangkan dan meminta tanggapan maka seringkali ada suara-suara centil yang terdengar.
Penampilan beliau biasa saja namun bersahaja. Kalau ibarat artis beliau ini perpaduan antara Kiefer Sutherland di 24 dan Nicholas Cage di National Treasure. Singkatnya eksekutif muda-nya dosen-dosen lah. Sejak hari pertama Pak Sis mengajar, saya sudah memplokamirkan diri sebagai fans fanatiknya. Bila kuliah dimulai jam 8 pagi, maka saya sudah berada di kampus pukul setengah 8 dan duduk di barisan paling depan, pas depan meja dosen. Teman-teman angkatan saya yang tahu saya nge-fans dengan Pak Sis pasti akan sedikit meledek saya atau jika Pak Sis menerangkan dan meminta tanggapan maka seringkali ada suara-suara centil yang terdengar.
Di setiap akhir perkuliahan, Pak Sis biasanya akan mempersilahkan kami untuk bertanya atau memberi komentar. Bisa ditebak saya pasti menjadi pelanggan setia untuk bertanya pada Pak Sis. Pertanyaannya macam-macam, bisa seputar kuliah hari itu atau fenomena lain seperti :
"Maukah bapak keluar dengan saya malam minggu nanti?"
sayangnya pertanyaan itu hanya nyangkut di tenggorokan dan terganti dengan pertanyaan :
"Pak, apa hubungan Anarko dengan Punk?" (jauh yaaa...)
Lalu Pak Sis akan mulai menjelaskan mulai dari bukunya Bakunin sampai kesalahan media dalam menfasirkan anarkisme. Di lain kesempatan, saya dan Pak Sis membahas buku Filosofi Kopi-nya Dee di kelas. Dan tanpa mengacuhkan teman-teman saya yang sudah mulai "ciye..ciye-an" kelas Politik itu akan berakhir menjadi milik kami berdua. *ihik.
Di pertemuan pertama, Pak Sis memberikan nomor handphone-nya kepada kami, siapa tahu ada yang mau diskusi atau sekedar menanyakan materi kuliah. Tentu saja kesempatan ini saya gunakan sebaik-baiknya. Saya pernah meng-sms beliau menanyakan tentang sebuah fenomena politik, dan dibalas beliau dengan penjelasan singkat beserta referensi buku untuk dibaca. Ketika hari Lebaran tiba, saya kembali meng-sms beliau untuk sekedar mengucapkan selamat. Dan sms-nya dibalas dengan ucapan "Terima kasih." - singkat, padat, dan mengecewakan.
Entah karena Pak Sis sudah mulai ngeh, suatu pagi beliau antara sengaja dan tidak memasang wallpaper seorang gadis berjilbab di laptopnya. Anak-anak lantas menyoraki beliau tanpa memedulikan hati saya yang teriris-iris. Pak Sis hanya mengatakan, "Ups Sorry...saya lupa ganti tadi malam.."
Dan seperti kata Kak Emma, anak komunikasi itu diberkati untuk memperoleh informasi dan menafsirkan tanda-tanda. Entah siapa yang pertama kali mengatakan bahwa gadis berjilbab itu adalah pacar Pak Sis. Katanya gadis itu seorang dokter. Kali berikutnya, Pak Rizal, dosen Logika memapankan informasi itu setelah saya basa-basi bertanya seputar Pak Sis.
Setelah mid semester, Pak Sis tidak lagi mengajar mata kuliah itu karena bergantian dengan dosen yang lain. Seperti fans yang kehilangan idolanya, semangat saya jadi pupus. Meskipun pada akhirnya saya mendapat nilai A untuk Pengantar Ilmu Politik, tetap saja tidak menyembuhkan patah hati saya. Lebaran kedua, saya tetap meng-sms beliau mengucapkan selamat hari raya, dan tidak dibalas *hiks.
Waktu berlalu dengan cepat, Pak Sis tidak ada lagi di kampus. Katanya beliau sedang ambil S3 di Amerika. Saya pun juga sudah selesai menyelesaikan studi. Kadang-kadang ketika sedang mengorek-ngorek kantong ingatan kita malah menemukan kenangan yang tidak kita sangka pernah dialami. Perasaan kepada Pak Sis memang telah lama hilang, tapi ingatan tentang seorang mahasiswi yang naksir dan ditolak sebelum berkembang oleh dosennya itu telah memberi inspirasi.
6 comments
Hahaha.. Meikeeee ketawa ku baca ini.. Jadi inget film Daydream Nation, ada seorang murid perempuan jatuh cinta sama gurunya yang kebetulan masih single.. Tapi bedanya di film ini cinta muridnya gak bertepuk sebelah tangan :p
BalasHapus*peace*
hehhee...kita nda dapat beliau ya kak? eligible bachelor bgt hehee..
BalasHapusada film ta itu? pinjem dong hihii...
sepertinya sengaja k dikasih patah hati supaya bisa k tuliskan tentang dia wkwkkwkw..
saya lupa2 ingat dosen-dosen mata kuliah antar jurusan.. kalo nda salah waktu jamanku dulu pak O yang ngajar pengantar ilmu politik..
BalasHapusiya saya punya filmnya, tapi dalam bentuk file mei..
ohhh....wahh, Pak Sis itu yg pake kacamata kak....muka2 Jawa gitu tapi kayaknya Bugis deh *mikir*
BalasHapusnanti ya kak..kita copy-copyan :D
gak pernah tau pak Sis itu yg mana.. klo ada fotonya kasi liat ka via bbm :p
BalasHapusiya gampang lah itu copy2an.. kalo saya kan jarang ke kampus, coba minta sm angga, saya banyak minta film di dia wkwkw..
aku tak punya fotonya kak...hikss...
BalasHapusbaiklah, nti kita baku atur jo kak..hehee...