Tamu Dari Malaysia (part.I)
Rabu, Januari 16, 2013
Sedikit saja bagian dari peristiwa hidup kita berubah, maka seluruh rangkaian cerita hidup kita juga akan ikut berubah. Begitulah kira-kira pemikiran Benjamin Button yang kupinjam untuk tulisan ini. Seandainya saja, satu babak dalam peristiwa itu terlewatkan, maka semua kisah akan berubah, bahkan mungkin hidup tidak akan membawaku mengenal mereka.
Kemarin, saya bertemu dengan orang-orang yang tidak pernah saya bayangkan akan bertemu dengan mereka di kota Makassar. Mereka adalah Pak Sastra yang baru kutahu bernama asli Pak Tiang, seorang Siam berkebangsaan Malaysia. Pak Sastra inilah yang banyak menolong saya dan teman-teman KKN International di perbatasan Malaysia-Thailand kemarin. Pak Sastra datang dalam occasion konferensi bersama beberapa dosen HI di Unhas yang berlangsung di Universitas Sulawesi Barat. Setelah konferensi itu selesai, Pak Sastra, Dennis (roomate-nya Mr.Chumpon alias abang Jeckie), Yam, dan seorang lagi yang kulupa namanya berkunjung ke Makassar. Tujuan Pak Sastra jelas, ia ingin bertemu kami, "anak-anak piara"-nya sewaktu KKN kemarin. Dennis, Yam, dan seorang lagi yang kusebut Mr.Unknown diajak jalan-jalan mengelilingi kota Makassar bersama Pak Yakub (dosen HI, yang apartemennya kami tinggali dulu). Karena mereka berempat berbicara dalam bahasa Thai, saya langsung teringat kembali kehidupan saya sewaktu di Thailand dulu.
ki-ka : saya, Yudith, Pak sastra, April, dan Amdya *photo by : Nani
Sebagai tuan rumah, tentu saja saya dan teman-teman saya menjadi tuan rumah yang baik. Menjadi guide dan memberi sambutan yang menyenangkan. Kami patungan membawa Pak Sastra jalan-jalan, memperlihatkan kota Malassar kepadanya. Pak Sastra sangat senang bertemu kami, ia memaksa untuk mentraktir kami, tapi tidak kami biarkan. Selama ia di Makassar, ia dibawah tanggung jawab kami.
Sebelumnya, saya menghabiskan waktu bercerita dengan Dennis. Dennis, Yam, Mr.Unknown, termasuk Pak Sastra adalah lecturer di tempat asalnya. Dennis sendiri adalah dosen di Thaksin University, universitas yang sudah dua kali kukunjungi. Saya dan Dennis bercakap-cakap dalam bahasa Inggris. Ia mengatakan bahwa ia merasa seperti di rumah saat berada di Indonesia. Dennis bilang orang-orang Indonesia seperti orang Thai sangat ramah dan hangat. Ia bercerita bagaimana ia disambut dengan hangat sewaktu di Majene. Dennis membandingkan karakter orang Indonesia (Makassar) dengan orang Malaysia, ia bilang orang Malaysia itu tertutup tak sama dengan orang Indonesia. Apa yang dikatakan Dennis kuiyakan, karena saya pun merasa demikian.
Saat Pak Sastra, Yam, Dennis, Mr.Unknown berbicara dalam bahasa Thai, entah mengapa saya mengerti. Mereka berbicara tentang harga makanan, tentang cuaca yang panas, serta betapa antusiasnya mereka melihat foto-foto chinatown di masa lampau di salah satu warkop di jalan Sulawesi, tempat kami mengajaknya makan nyuk-nyang. Kenangan sewaktu di Thailand bangkit kembali. Hanya butuh waktu seminggu sebelum saya merasa seperti di rumah sendiri. Orang-orang Thai menganggap kami adalah bagian dari mereka. Mungkin karena karakter wajah yang sama, banyak orang Thai bahkan turis asing mengira saya juga orang Thai atau Filipina. Satu hal lagi, ternyata Pak Sastra dan orang-orang Thai ini sulit mengucapkan nama saya. Sehingga saya harus mengajar mereka mengucapkan nama saya dengan benar (tapi tetap gagal) :(
Sampai akhirnya Pak Sastra sudah bisa mengucapkan nama saya, di saat itu pula ia harus kembali ke negaranya setelah sebelumnya harus ke Bandung dan Jogya dulu. Saya dan teman-teman saya melepas kepergiannya ke bandara. Kami masih tidak percaya bertemu dengannya lagi. Belum tentu saat kami ke Malaysia, kami berjumpa lagi dengannya.
Saya jadi teringat bagaimana seandainya saya tidak jadi ikut KKN dulu. Saya mungkin tidak pernah mengenal dan berjumpa dengan mereka. Dan ketika mungkin bersisian dan bertemu di jalan, kita mungkin tidak akan pernah saling menegur.
0 comments