Mengenang "Kereta"
Rabu, Januari 23, 2013
*tumblr*
Saya menemukan puisi lama milik Sitok Srengenge yang berjudul Kereta secara tak sengaja. Bukan...bukan... tak pernah ada yang kebetulan di dunia ini. Bukan secara kebetulan seseorang tiba-tiba salah mengklik sebuah web dan malah nyasar ke sebuah blog yang memuat puisi ini. Puisi ini cukup panjang, tapi saya hanya memilih beberapa bait terakhir untuk disimpan dalam notes ini. Mungkin sebagai pengingat, mungkin sebagai kenangan.
Suatu saat nanti, saya akan membacakan puisi ini. Mungkin hanya untuk diri saya sendiri, mungkin ketika saya mengingatmu, mengingat kita. Tapi saya berharap, kelak saya, kamu, kita akan mengerti bahwa dalam perjalanan ini, ada kalanya kita bertemu dengan seseorang yang mengubah hidup kita.
Kereta
oleh : Sitok Srengenge
Dua garis rel itu, seperti kau dan aku,
hanya bersama tapi tak bertemu
Bagai balok-balok bantalan tangan kita bertautan,
terlalu berat menahan beban
Di persimpangan kau akan bertemu garis lain,
begitu pula aku
Kau akan jadi kemarin, kukenang sebagai pengantar esokku
Mungkin kita hanya penumpang,
duduk berdampingan tapi tak berbincang,
dalam gerbong yang beringsut ke perhentian berikut
Mungkin kau akan tertidur dan bermimpi tentang bukan aku,
sedang aku terus melantur mencari mata air rindu
Tidak, aku tahu, tak ada kereta menjelang mata air
Mungkin kau petualang yang (semoga tak) menganggapku tempat parkir
Kita berjalan dalam kereta berjalan
Kereta melaju dalam waktu melaju
Kau-aku tak saling tuju
Kau-aku selisipan dalam rindu
Jadilah masinis bagi kereta waktumu,
menembus padang lembah gulita
Tak perlu tangis jika kita sua suatu waktu,
sebab segalanya sudah beda
Aku tak tahu kapan keretaku akan letih,
tapi aku tahu dalam buku harianku kau tak lebih dari sebaris kalimat sedih
1 comments
ini termasuk puisi yang saya juga suka , saya pertama kali baca pas di muat di kompas hari minggu namun tanggalnya saya lupa.
BalasHapus