Hujan Rintik-Rintik
Senin, Januari 07, 2013
pic *taken from*
Ini bukan puisi karangan Kak Aan (Aan Mansyur) yang "rintik"-nya berganti menjadi "rintih". Ini benar-benar rintik. Bila hujan adalah seorang gadis maka ini adalah air matanya yang baru meleleh satu per satu di pipi. Meskipun kenyataan di lapangan hujan turun deras sekali--gadis itu ternyata menangis tersedu-sedu.
Bencana selalu datang dengan membawa kawan baiknya, harapan. Baik dan Buruk tak lebih dari dua sisi mata uang yang saling menempel. Dibalik banjir yang kian mewabah dari daerah ke daerah, semangat gotong royong masyarakat tetap padu. Banyak gerakan kemanusiaan yang digalang oleh sekumpulan orang-orang yang peduli akan sesamanya ini. Mereka -meskipun hujan tetap deras mengguyur- masih setia menunggu bantuan yang nanti akan disalurkan kepada para korban banjir ataupun longsor. Beberapa bahkan tetap membantu meskipun rumahnya sendiri terendam air.
Hujan rintik-rintik kali ini membawa kembali mereka yang jarang di rumah untuk pulang, untuk berteduh. Hujan membawa mereka kembali untuk berkumpul dengan anak, istri, saudara, bahkan untuk memberi ruang bagi dirinya sendiri. Hujan memberikan kehangatan meskipun cuaca menghadirkan udara dingin yang menusuk. Ada yang bermalas-malasan di tempat tidur, berkumpul di ruang keluarga sambil mendengarkan hiruk-pikuk hujan, dan ada yang sibuk berkelana dengan pikirannya sendiri disaat ada orang-orang yang juga sibuk menimba air yang masuk ke dalam rumahnya. Mereka bersiaga, semua orang berjaga-jaga.
Segala sesuatu memiliki limitnya sendiri. Rambo hilang karena sudah waktunya ia harus pergi. Mahasiswa semester akhir bersiap-siap mengajukan judul skripsi karena memang waktunya sudah demikian. Luka yang basah juga akhirnya mengering, karena sudah waktunya ia akan sembuh, bahkan hujan yang paling deras turun pun pada akhirnya lelah dan berhenti, memberi jeda untuk bisa menjemur pakaian.
Tak ada yang abadi, termasuk bagi hujan yang turun rintik-rintik...
1 comments
Selalu ada waktu untuk berteduh, pulang, dan kembali ke kehangatan keluarga. Hujan menjadi pemicunya :)
BalasHapus