Nirvana Man
Sabtu, September 29, 2012
lukisan Psyche yang menyinari Eros dengan pelita. Awal dari patah hati Pysche yang berkepanjangan
Ketika saya masuk ke bangunan itu saya tahu bahwa saya telah terpilih. Seorang Sudra yang naik kasta hidup bersama para Brahmana di Nirvana. Mereka adalah dewa-dewi yang tak tersentuh oleh kaum jelata. Semesta begitu baik mengizinkan saya hidup di Nirvana meski hanya 30 hari lamanya. Di tempat itulah saya bertemu dia.
Dia seperti layaknya dewa-dewa lainnya hidup dalam kecukupan seorang Brahmana. Ia tak perlu bekerja keras karena dari tangannya-lah ia membuat segala sesuatu. Lalu siapakah saya ini? yang karena kemurahan hati Semesta sehingga bisa menginjakkan kaki disana. Hidup bersama dewa-dewi dalam dongeng tak sampai 1001 malam seperti kisah Syahrezade.
Pertemuan pertama dengannya terjadi di ruangan megah itu. Kami duduk berseberangan. Saya bisa merasakan bagaimana dia menatap saya. Hingga pada akhirnya mata kami saling bertubrukan. Hanya 5 detik dan mengubah segalanya. Saya bahkan bisa mendengar John Lennon menyanyikan lagu Till' There Was You saat itu.
Hari-hari berikutnya berlalu tanpa terasa. Setiap pagi dia datang dengan headset yang masih menggantung di telinganya. Lalu memberi sapaan selamat pagi yang rutin setiap senin sampai jumat. Ia akan memberiku senyum manis yang membuat matanya nampak bak segaris tipis.
Saya selalu menikmati percakapan dengannya walau kadang hanya sebentar. Saya suka memandang matanya yang cokelat. Rasanya ingin berenang dalam telaga cokelat itu. Bahkan saya rela tenggelam untuk hidup selamanya disana. Sehingga hanya sayalah satu-satunya yang ia lihat sepanjang hidupnya.
Namun pernahkah kalian mendengar kisah Psyche yang mencintai Eros?
bahwa sangat berbahaya jatuh hati pada para dewa. Mereka dapat membuatmu menjadi manusia paling berbahagia di dunia ini. Namun bila mereka tak menginginkanmu, maka terkutuklah engkau dengan segala perasaan yang kau derita.
2 comments
Tapi bukankah rasa cinta itu saja sudah merupakan anugrah ^^
BalasHapusMencintai; merasakan debaran di hati, perasaan rindu jika tidak bertemu, perasaan bahagia jika berada di dekatnya. Bukankah dengan dapat merasakan itu saja sudah merupakan anugrah? :)
Tapi ternyata rasa bahagia itu candu...ingin lagi dan lagi...
BalasHapus