Bagi saya setidaknya ada tiga fase yang harus dialami oleh mahasiswa di perguruan tinggi. Fase pertama adalah penerimaan mahasiswa baru, fase kedua adalah KKN, dan fase terakhir adalah wisuda. Terlepas dari keeksistensian mahasiswa di lembaga mahasiswa, namun ketiga fase ini mau tidak mau, suka tidak suka harus dijalani. Dan kini saya telah berada di fase kedua, KKN.
KKN International di Malaysia ini membawa saya ke Kedah, daerah paling utara Malaysia yang berbatasan langsung dengan Thailand. Daerah asal perdana menteri pertama Malaysia, Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj dan Tun Dr.Mahathir Mohamed. Rombongan KKN International yang berjumlah 28 orang ini berasal dari tiga fakultas, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang terdiri dari jurusan Ilmu Komunikasi dan Hubungan International, Fakultas Ilmu Budaya yang diwakili jurusan Sastra Inggris, dan Fakultas Hukum. Kami akan ditempatkan di University Utara Malaysia untuk melakukan kajian dan penelitian sesuai dengan bidang ilmu masing-masing. Kami juga akan dikirim ke daerah perbatasan untuk melakukan observasi. Hasil dari observasi itu akan dibuatkan program-program kerja dan diabadikan dalam jurnal penelitian. Tak hanya dalam ranah akademik, kami juga akan mengadakan South Sulawesi Day sebuah pertunjukkan seni dan budaya untuk mempromosikan Sulawesi Selatan dan Universitas Hasanuddin. Semoga nanti semuanya berjalan dengan lancar.
7654hj |
09khgf |
Inilah wajah-wajah kru :
r4yn |
Panganreang's crew :
dre456 |
Today, I'm spending my time with my bestfriends, Tirta and Erwin. It's been so long we never have a good time together. We are too busy with our bussiness, our college, our activities, and even about our love. So, when we have free time to be together, we spent it.
Except Erwin, he is too busy for prepared the choir's competition, so he didn't take a picture with me and Tirta because he must went to campus. We are looking mature right now. This picture taken when we waited to watched Soegija's movie in the theater. The movie is awesome. :))
by : The Beatles
There were bells on a hill
But I never heard them ringing
No I never heard them at all
Till there was you
There were birds in the sky
But I never saw them winging
No I never saw them at all
Till there was you
Then there was music and wonderful roses
They tell me in sweet fragrant meadows of dawn and dew
There was love all around
But I never heard it singing
No I never heard it at all
Till there was you
Then there was music and wonderful roses
They tell me in sweet fragrant meadows of dawn and dew
There was love all around
But I never heard it singing
No I never heard it at all
Till there was you
PS : I felt in love with this song since the first time I heard it. And someday, when I have baby, I will teach them to singing this song together. Just like my mother sang and danced with me when I was a little girl. The same song that her father sang and danced with her when she was a kid.
"The truth is sometimes things aren't exactly what you always imagined... they're even better!"
( Daphne Reynolds, What a Girl Wants)
What a Girl Wants adalah salah satu film drama favorit saya sejak masa remaja. Cerita yang menyentuh, casting pemeran yang pas, pengambilan gambar yang manis, dan tentunya soundtrack film yang bagus membuat saya tidak pernah bosan menonton film ini. What a Girl Wants mungkin adalah satu-satunya film hollywood yang membuat saya menangis setiap kali menontonnya. Meski bukan kategori film berat dan masuk Oscar, namun film yang bertemakan keluarga dan cinta ini selalu mampu untuk menghibur.
What a Girl Wants bercerita mengenai kehidupan Daphne Reynolds (Amanda Bynes) yang tinggal berdua dengan ibunya, Libby Reynolds (Kelly Preston) seorang musisi yang seringpula menjadi wedding's singer. Sejak kecil, Daphne sangat merindukan figur ayah dalam hidupnya. Beberapa scene yang memperlihatkan kerinduan Daphne di film ini mampu menghadirkan perasaan melankolis. Waktu pun terus berlalu, saat Daphne berulang tahun yang ke-15, ia memutuskan untuk mencari ayahnya. Ia pun menelusuri ayahnya yang ternyata seorang bangsawan Inggris. Dengan bekal foto ayahnya dan cerita cinta ayah dan ibunya, Daphne pun bertualang ke Inggris.
Sesampai di Inggris, Daphne menghadapi kenyataan lain. Ayahnya, Lord Henry Dashwood (Colin Firth) adalah seorang bangsawan yang tengah mencalonkan diri untuk menjadi Perdana Menteri. Di satu sisi, ia juga telah bertunangan dengan Glynnis Payne (Anna Chancellor ) yang memiliki putri dari perkawinan sebelumnya, Clarissa Payne ( Christina Cole). Kehadiran Daphne yang tiba-tiba di hidup Henry telah merubah Henry secara total. Tidak hanya mengembalikan "Henry" yang dulu, namun ternyata dapat mempengaruhi status politik Henry dan mengancam keberadaan Glynnis dan Clarissa. Glynnis dan Clarissa yang dibantu ayah Glynnis, Alistair Payne (Jonathan Pryce) yang juga penasehat di keluarga Dashwood, berusaha untuk menyingkirkan Daphne. Namun, Daphne tidak sendirian di Inggris. Ia senantiasa dibantu oleh Ian Wallace ( Oliver James) lelaki yang kemudian membuatnya jatuh cinta dan neneknya Lady Jocelyn Dashwood ( Eileen Atkins) yang merasa bersalah karena pernah memisahkan Henry dan Libby dulu. Akankah Daphne menyatukan ayah dan ibunya serta hidup bahagia di istana Dashwood yang mewah? You better watch this movie..hehehe..
Jika menilik lebih jauh What a Girl Wants memang mengangkat hubungan ayah dan anak perempuannya. Selain itu kisah cinta beda kasta antara bangsawan dan rakyat jelata juga menghiasi film yang diproduksi di tahun 2003 ini. Tak luput juga kisah cinta ala remaja yang dialami Daphne dan Ian. Saya salut sama music director-nya yang mampu menghadirkan rasa sentimentil ketika menonton setiap adegan dengan backsound lagu-lagu romantis yang menyentuh. Celine Dion dengan Because You Loved Me, Rod Stewart dengan Have I Told You Lately That I Love You, The Way You Look Tonight dari Tony Bennet, dan What a Wonderfull World dari Louise Armstrong. Adapula lagu-lagu baru seperti Half Life-nya Duncan Sheik, What's Your Flava-nya Craig David, Good Life dari Leslie Mills, dan Kiss Kiss dari Holly Valance. Beberapa lagu dari soundtrack di film ini juga dinyanyikan oleh pemerannya seperti Oliver James dan Kelly Preston.
Saya juga suka beberapa quotes dari film ini. Seperti saat Ian bertanya," Why are trying so hard to fit in when you are born to stand out?" kepada Daphne yang berusaha keras untuk bersikap selayaknya putri. Atau ketika adegan sentimentil saat Henry datang dan mencari Daphne dan Daphne berkata,"Every year I would wish if that I was good enough you would come and find me."
Film ini masuk kategori everlasting movie yang tidak akan membosankan meskipun ditonton berulang kali. Sebuah tontonan yang pas untuk menemani waktu liburan.
Video dibawah ini adalah salah satu scene favorit saya dari film What s Girl Wants. Adegan ini selalu sukses bikin saya nangis *ihiks.... check this out!
Like they know the score
And I love you I love you I love you
Like never before Like never before"
Selain matematika, mata pelajaran keterampilan adalah salah satu pelajaran semasa SD yang membuat saya ketar-ketir. Bukannya saya tidak bisa menyulam atau menjahit, tapi karena gurunya streng, saya dan teman-teman selalu terbebani ketika mengikuti mata pelajaran itu. Saat memasuki kelas 6 SD, pelajaran keterampilan yang tadinya hanya menyulam untuk anak perempuan biasanya diganti dengan pelajaran memasak. Sedangkan anak laki-laki umumnya membuat prakarya. Namun, pada saat itu kurikulum berganti. Anak perempuan disuruh membuat celana dengan menggunakan mesin jahit sedangkan anak laki-laki gantian yang menyulam. Penderitaan itu pun resmi dimulai.
Saya mati-matian belajar menggunakan mesin jahit dengan benar. Mesin jahit milik Oma adalah kelinci percobaan saya. Dengan usaha tanpa henti, saya akhirnya bisa menjadi satu dari 5 orang yang berhasil menyelesaikan jahitan celana-nya paling cepat. Tentu usaha itu berhasil setelah mematahkan 3 jarum mesin dan membuat mesin jahit Singer kesayangan Oma rusak sampai sekarang. Kalau mengingat kembali kejadian masa terakhir saya di SD itu, saya hanya bisa tertawa.
Yang mau saya katakan adalah, menjahit sesuatu itu tidak mudah. Jika tanpa ketelitian, kehati-hatian, dan ketekunan tentu hal itu mustahil terjadi. Kalau bukan kain kita yang rusak mungkin jari-jari kita yang ikut terjahit. Menjahit baju harus seperti menjahit luka. Harus rapi. Kalau tidak, akan ada bagian yang bolong atau darah akan terus merembes.
Di kitab suci tertulis, ada waktu untuk merobek ada waktu untuk menjahit. Semua luka yang terjadi berlangsung sangat cepat. Sehingga kita tidak punya waktu untuk melindungi diri. Tidak ada persiapan untuk mempertahankan diri. Satu kalimat pendek "sudah tidak lagi" bisa merobek semua harapan dan doa yang pernah dipanjatkan. Selayaknya orang yang baru mendapatkan luka, rasa sakitnya belum terasa. Luka yang merah, basah, dan masih menganga belum memberikan efek. Efek itu akan muncul beberap waktu kemudian. Merambat dan menikam setiap saat. Tak ada pilihan lain selain menjahitnya segera. Sebelum kita kehabisan darah dan mati.
Menjahit adalah menyatukan bagian-bagian yang terpisah menjadi utuh kembali. Kancing yang putus, baju yang robek, celana yang rusak resletingnya, hati yang patah, luka yang menganga, dan kenangan yang menghantui harus disatukan kembali agar utuh. Prosesnya menyakitkan, bagaimana jarum itu menusuk dengan benang yang menyambung segala bagian. Saya pernah mengalami rasa sakit ketika salah satu bagian tubuh saya dijahit. Berkat bantuan obat bius saya tidak merasa sakit sedikit pun, begitu biusnya hilang, rasa sakit itu itu menghantam dengan telak. Dalam hidup kita, proses jahitan Yang Mahakuasa tidak memakai obat bius.
Ketika saya menyerahkan diri saya untuk dijahit oleh Tuhan, saya siap dengan segala rasa sakit yang akan datang. Saya siap apabila saya tidak punya kekuatan lagi untuk membendung airmata. Saya siap jika saya harus mengorbankan apa yang saya miliki demi kebahagiaan orang lain. Meski bibir saya mengatakan siap, hati saya masih belum rela. Oleh karena itu, Tuhan yang Mahakuasa berhati-hati menjahit saya dengan ketelitian, kehati-hatian, dan ketekunan karena saya adalah salah satu "jenis" jahitannya yang istimewa.
Dan proses penjahitan itupun dimulai.
I realize the best part of love is the thinnest slice
And it don't count for much
But I'm not letting go
I believe there's still much to believe in
So lift your eyes if you feel you can
Reach for a star and I'll show you a plan
I figured it out
What I needed was someone to show me
You know you can't fool me
I've been loving you too long
It started so easy
You want to carry on
Lost in love and I don't know much
Was I thinking aloud and fell out of touch?
But I'm back on my feet and eager to be what you wanted
So lift your eyes if you feel you can
Reach for a star and I'll show you a plan
I figured it out
What I needed was someone to show me
NB : saya tidak tersesat. Hanya belum sampai ke tujuan. :)
Dua keyakinan beza
Masalah pun tak sama
Ku tak ingin dia ragu
Mengapa mereka selalu bertanya
Cintaku bukan diatas kertas
Cintaku getaran yang sama
Lagu ini mendadak saya nyanyikan terus seharian ini. Gara-gara jadi backsound dalam tayangan infotaiment yang memuat berita mengenai pernikahan Nassar KDI dengan janda kaya yang terus-menerus diulang. Selain liriknya juga bikin #jleb, lagu ini punya nilai historis buat saya.
Pertama, ini adalah lagu yang menjadi lagu pilihan saya dalam perlombaan lomba karaoke PORSENI waktu SMP dulu. Sayangnya karena masih belum PD, saya mengundurkan diri dan lari dari keadaan yang akhirnya demi menyelamatkan muka kelas kami, seorang teman sekelas saya yang bernama Nining rela menjadi tumbal. hehehe.....
Kedua, lagu ini adalah salah satu lagu andalannya Mymy, sohib saya, kalau kami pergi karaoke.
PS: akhirnya bisa posting video juga di blog. selama ini karena gaptek cuma liriknya doang :p
Namanya Nurmala Sari Amri. Kami seangkatan memanggilnya Sari atau Mala. Belakangan julukan ciba alias cilaka bawa menempel padanya. Julukan itu tak lahir begitu saja. Sari adalah satu dari sedikit orang yang memiliki keistimewaan dalam mengeluarkan kalimat. Sebuah kalimat dari Sari bisa setajam pedang atau menjadi sepotong cake yang enak.
Hari ini dia berulang tahun. Maka saya ingin membungkuskan doa dan harapan untuk kebahagiaan hidupnya. Sari temanku yang penuh kejutan. Dibalik pembawaannya yang tenang dia menyimpan pribadi yang membuatku takjub. Awal masuk kuliah, saya dan Sari memang tidak terlalu dekat. Barulah saat mendekati semester 4 dan terlebih sekarang saat satu prodi dengannya, Sari menjadi sosok yang berbeda dimataku. Erbon salah satu temanku pernah bilang begini, " Sari itu sebenarnya seperti kau, hanya saja dia introvert." Beberapa peristiwa berikutnya membuatku akhirnya bisa berinteraksi secara intens dengannya.
Setelah mengenal Sari lebih jauh, saya masih tidak mengerti dengan perkataan Erbon waktu itu. Menurut saya, kami jelas berbeda. Kesamaan kami yang kutahu karena senang mendengarkan lagu-lagu lawas meski ke-update-tannya terhadapa lagu-lagu baru juga hampir mengalahkan radio anak gaul. Saya dan Sary juga nyambung, cenderung satu pendapat jika melihat persoalan. Sayangnya, saya sama sekali tidak mewarisi ketenangan Sari yang elegan. Ketenangannya yang luar biasa itu ingin kuteladani. Ia bisa menyimpan banyak emosi tanpa membiarkan kita tahu isi hatinya. Saya tidak pernah mendapatinya menjadi sosok yang tidak keruan. Ia selalu mampu menutupi peperangan batinnya dengan diam-nya yang total. Hanya dari mata dan suaranya saya tahu, kadang-kadang dia tidak baik-baik saja. Sari, jika kamu mengenalnya lebih dekat juga ekspresif. Ia seperti penyu. Jika merasa asing akan bersembunyi dalam cangkangnya. Namun jika sudah akrab, dia akan keluar dan menujukkan kehebatannya.
Satu hal yang kukagumi dari Sari adalah dia selalu mampu menjadi pendengar yang baik. Keistimewaan yang jarang kita miliki. Hampir semua orang menjadi pelanggan konseling "curhat" dengan Sari. Sari mampu memberikan solusi atau sekedar hadir untuk menguatkan teman-temannya yang memang terkena kegalauan akut. Sari jarang mengeluarkan pendapatnya di muka umum. Pendapat Sari hanya terekam ketika kami cuma ngobrol-ngobrol biasa. Menurutku, Sari harus berubah. Saya tahu untuk mengeluarkan tajinya, Sari harus berada dalam kenyamanan. Jika tidak, ia seperti tertahan. Ingin berontak namun tidak bisa. Kelak, Sari harus meneladani sifat penyu yang bisa beradaptasi dimanapun ia berada. Hidup di darat maupun di air. Kenyamanan tidak selamanya tercipta untuk kita. Kitalah yang harus menciptakan kenyamanan itu.
Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Sari. Selama menghadapi "saat-saat biru" kemarin, Sari selalu hadir untuk saya. Mendengarkan keluh kesah saya, menyaksikan airmata saya, dan memberi pelukan ketika saya begitu terpukul dengan kenyataan-kenyataan yang menerkam. Sari seperti ibu peri dan kata-katanya yang sederhana adalah tongkat sihir untuk mengembalikan sinar dari teman-temannya yang kadang redup.
Sari adalah penyeimbang. Ketika keributan di antara kami tidak terkontrol, Sari adalah skak mat yang menutup setiap mulut.
Selamat Ulang Tahun, Sari....
semoga kamu selalu berbahagia
Tuhan memberkati
"Sebagai seorang yang percaya pada sinkronisitas, saya meyakini hadirnya buku ini di tangan anda bukanlah kebetulan. Buku ini dan anda bertemu untuk sebuah tujuan. Entah apa. Waktu yang akan mengungkap."
Kalimat-kalimat di atas ditulis Dee pada bagian "Dari Penulis" dalam serial terbaru Supernova, Partikel. Tiga dari empat serial itu, Akar, Petir, dan Partikel sudah saya tamatkan dalam kurun waktu tiga minggu ini. Sedangkan serial pertamanya, Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh sudah saya tamatkan sejak setahun silam. Buku itu tidak pernah saya baca kembali. Terlalu menyakitkan meski hanya melihat covernya saja.
Saya tidak akan mengupas kisah dari keempat serial itu. Tak ada resensi mengenai kehidupan Dimas, Reuben, Diva, dan tokoh imajiner mereka yang juga hidup, perjalanan spiritual Bodhi, kehidupan Elektra yang berubah total setelah ia menemukan "bakatnya", dan sosok Zarah yang tangguh. Saya hanya ingin bercerita, sinkronisitas dibalik serial Supernova dalam hidup saya.
Saya masih mengenakan seragam putih merah ketika buku ini muncul di pasaran. Meski heboh disana-sini, pikiran kanak-kanak saya hanya sebatas ingin membacanya. Namun sayangnya tak pernah terwujud. Sepuluh tahun kemudian, disaat saya tengah begitu mengagumi fenomena zahir dan fisika quantum, saya menemukan secara tak sengaja buku serial pertama Supernova yang berdebu di salah satu rak di Kampung Buku. Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh membuat saya hanyut dalam kisahnya, apalagi di dalam sana juga dibahas mengenai fisika quantum dan teori relativitas Einstein.
Mungkin inilah sinkronisitas. Di saat yang sama saya juga didekati oleh seseorang. Dan atas kehendak sendiri sama seperti Zarah yang jatuh hati pada Strom, saya memilih dia untuk menjadi 00 di hidup saya. Pada awalnya semuanya indah. Saya adalah penolongnya dan dia adalah pendamping saya. Menyuruhnya membaca serial pertama Supernova adalah ujian sebelum keputusan itu bulat. Ribuan kilometer yang terpisah membuat saya tidak bisa melihatnya langsung. Hanya sebuah pesan singkat yang masuk ke handphone saya pada hari selasa tepat setelah selesainya mata kuliah fotografi,"Perintah paduka sudah saya laksanakan. ada lagi yang mulia?". Saya hanya tersenyum membacanya dan dimulailah kisah kami setelah itu. Alasan utama saya menyuruhnya membaca buku itu bukan karena buku itulah yang sedang saya baca. Tidak. Saya ingin menyampaikan padanya sesuatu yang saya percayai. Bahwa seseorang tidak mungkin hadir dalam hidup seseorang hanya karena dia memujanya dari foto profil di facebook. Kenapa saya? itulah pertanyaan yang terus-menerus saya tanyakan dan harus dia jawab. Dan setelah dia meyakinkan saya bahwa saya-lah belahan hatinya (ini kemungkinan gombal karena setelah putus dari saya dia segera pdkt dengan perempuan lain) saya pun luluh. Pada saat itu, saya percaya padanya. Terlepas seberapa buruk dan jahatnya dia di masa lalu.
Setahun kemudian hubungan itu berakhir, Partikel terbit. Karena belum membaca dua serial sebelumnya saya pun kemudian melahap keduanya sesegera mungkin. Tibalah Partikel untuk saya baca. Dee benar, saya membaca buku ini bukan karena kebetulan ngetrend di pasaran. Ada makna tersirat yang harus saya baca. Sebuah pertanda dari bahasa alam yang tidak saya mengerti. Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh adalah petunjuk yang membuat saya datang kepadanya. Dan Partikel adalah tiket pulang dari "dia" yang harus ditinggalkan. Dalam partikel setidaknya ada beberapa kata yang membuat saya tersentak saat membacanya. Kata-kata itu adalah : Carolus, Ridwan, Buddha, Sunda, Oregon, dan Glastonburry. Rahasia dibalik kata-kata itu tidak perlu saya ceritakan. Akhir dari kisah percintaan saya juga mirip dengan Zarah. Terakhir, Zarah dan saya sama-sama seorang Pencari. Kami mencari sesuatu yang kami yakini. Sesuatu yang membuat kami bergerak tanpa lelah. Terus berpikir dan berkelana tanpa tahu dimana akhir dari semuanya.
Kita semua bersatu dengan semesta alam raya itu, dalam satuan garis kosmik yang tak terputus seperti dalam dunia Zarah. Saya mengenal hal itu dalam realitas saya sendiri, semesta yang hidup dan berakar. Ia tak hanya menempati sebuah ruangan di lantai 2 fisip kampus Unhas, tapi jauh lebih besar. Tali-talinya menjerat siapapun dibawahnya untuk saling terhubung satu dengan yang lain. Tali-tali yang menjerat itu tak akan putus meski kau berusaha keras memutuskannya. Menghindarinya pun tak bisa. Ikuti saja arusnya kemana ia membawamu. Pilihanmu berhenti dan mati atau mengikuti dan terhempas ke jalan-jalan yang tak terselami. Semesta yang saya kenal itu seperti Hotel California, "You can check out anytime you like, but you can't never leave...". Semesta itu hanya memiliki program untuk menerima.
What happens in this real life? an Opera? a Fact? or just Illusions? Velma, one of character from Scooby Doo movie says," I just believe in fact." It means, Velma is kind of person who just trust with what she sees and hears about something. She called fact. Now, I turn into somebody who thinks like Velma. I believe in fact.
When someone convinced you to trust what they said, you chose to believe them. But turns out, it becomes something that you don't feel right. You feel strange with the situation. And then, as a human, its our insting to find out what happen. You see, you hear, and you feel it. You can feel with your sense all the proof. You are doing very well to convince your self that you're right. Someone has been lied to you.
by : Ebiet. G.Ade
coba engkau katakan padaku
apa yang seharusnya aku lakukan
bila larut tiba wajahmu terbayang
kerinduan ini semakin dalam
gemuruh ombak di pantai kuta
sejuk lembut angin di bukit kintamani
gadis-gadis kecil menjajakan cincin
tak mampu mengusir kau yang manis
bila saja kau ada di sampingku
sama-sama arungi danau biru
bila malam mata enggan terpejam
berbincang tentang bulan merah
coba engkau dengar lagu ini
aku yang tertidur dan tengah bermimpi
langit-langit kamar jadi penuh gambar
wajahmu yang bening, sejuk, segar
kapan lagi kita akan bertemu
meski hanya sekilas kau tersenyum?
kapan lagi kita nyanyi bersama?
tatapanmu membasuh luka
PS : Kalau saya mendengar lagu ini ada dua momen yang terkenang. Pertama, waktu masih maba dan persiapan Nurani, teman saya Uni dan Ela suka sekali menyanyikan lagu ini. Kedua, saat ini. Saat keadaan sudah tidak sama lagi. ^^