Jas Merah Itu Punya Kekuatan
Minggu, April 01, 2012
Saya masih ingat saat Reformasi 98. Saya begitu terpesona dengan mahasiswa berjas Merah yang turun ke jalan. Tanpa sadar, saya menggumam, "saya ingin kayak mereka". Mata kanak-kanakku menggangap mereka keren tanpa mengerti maksud dan tujuan mahasiswa-mahasiswa itu berdemo.
Bertahun-tahun kemudian, setelah mendapat jas Merah itu, saya merasa belum menjadi bagian dari drama tak berkesudahan mengenai mahasiswa dan pergerakan. Hingga kemarin, 29 Maret 2012 saya akhirnya bisa benar-benar menjadi bagian seperti layaknya mahasiswa saat reformasi 98. Mahasiswa Unhas melakukan long march dari puntu 1 sampai fly over. Sebuah aksi damai untuk menolak kenaikan BBM. Tak henti-hentinya kami berteriak-teriak "Hidup Mahasiswa!!!", "Hidup Rakyat!!!", dan " Revolusi!!!". Lagu "Darah Juang"-nya Wijih Tukul juga dinyanyikan berulang-ulang untuk mengiringi long march ini. Ribuan anak Unhas tanpa mengenal fakultas maupun jurusan tumpah dan memerahkan jalan-jalan vital di Makassar. Saya ada di antara mereka dan untuk pertama kalinya merasa pantas menyebut diri mahasiswa. Ini juga keempat kalinya saya bangga memakai almamater ( yang pertama: saat pertama kali dibagikan almamater, kedua: saat Nurani, ketiga: saat dilantik menjadi pengurus Kosmik). Saat orasi, kami para mahasiswa mengucapkan Sumpah Mahasiswa dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Namun berbeda saat masih kanak-kanak, dimana saya melihat bahwa mahasiswa yang berdemonstrasi itu keren. Kini saya merasa bahwa beban itu semakin berat. Kami punya utang pada mereka. Turun ke jalan bukan karena ikut-ikutan. Turun ke jalan karena tahu. Tahu karena peduli.
Alvidha a.k.a alstrojo yang juga ikut aksi
beberapa foto yang sempat saya ambil :
miris ya depan papan reklamenya Jamsostek lagi
Revolusiii !!!
nanti kalau besar kita kayak mereka ya?
Tergusur dan lapar
Bunda relakan darah juang kami,
Tuk membebaskan rakyat
- Darah Juang
0 comments