Mengenal Perempuan India Bersama Divakaruni
Minggu, April 29, 2012Ditemani uap teh yang lemah lembut kami tersenyum mendengar peninggalan ironis yang kami bagi bersama, nama kami yang seperti perempuan-perempuan dalam mitos, yang hidupnya dicoba hancurkan oleh pria. (hal.185)
Chitra Banerjee Divakaruni adalah seorang penulis perempuan keturunan India yang sering disebut oleh seorang senior saya di kampus sebagai penulis recomended yang buku-bukunya sebaiknya saya baca. Sayangnya, tak pernah sekalipun saya sempat untuk membeli dan membaca karya-karyanya sampai secara tak sengaja saya menemukan salah satu buku karangan Divakaruni, The Unknown Errors of Our Lives yang tersembunyi di rak bagian sastra di Gramedia. Setelah menimbang-nimbang cukup lama, akhirnya dengan uang terakhir saya pun membeli buku itu. Sesampai di rumah, dengan tergesa-gesa saya melepas sampul plastik yang membungkus buku itu dan mulai membacanya. Kadang-kadang sesekali menghirup bau yang tercium dari lembaran buku baru. Suatu kebiasaan yang kata orang aneh tapi saya suka.
Lewat The Unknown Of Errors Our Lives, Divakaruni mengajak pembaca mengenal kehidupan perempuan-perempuan India yang menjadi imigran di Amerika. Suatu backround kehidupan yang dijalani pula oleh Divakaruni sejak berumur 19 tahun. Ada sembilan cerita yang dibagi Divakaruni yang menurut saya cukup tragis. Ada cerita mengenai Nyonya Dutta, perempuan India konvensional yang kaget dengan kehidupan Amerika setelah ikut tinggal dengan anak lelakinya. Cerita tentang Mona yang dendam terhadap ayah kandung yang meninggalkan ibunya. Pengalaman Aparna yang menjadi seorang ibu. Kisah seorang anak perempuan yang sering mendapat kekerasan dalam rumah tangga oleh ayahnya. Cerita Mira dan Radhika serta hubungan mereka yang kompleks. Serta sebuah kisah yang menjadi favorit saya tentang kehidupan Ruchira yang menghadapi kenyataan bahwa suami yang dicintainya memiliki anak dari mantan pacarnya.
Dalam buku ini, sosok perempuan memang digambarkan memiliki dua sisi. Lemah sekaligus kuat. Tertindas namun juga memiliki sisi pemberontak. Budaya pernikahan masyarakat India yang sebagian besar dilakukan dalam tirai perjodohan (arranged marriage) juga disinggung Divakaruni disini. Di India, tradisi pernikahan mengharuskan keluarga istri memberikan dowry (harta pemberian istri terhadap suami dan kerabat-kerabatnya) yang menjadi simbol akan jaminan ekonomi, status, dan kemandirian yang mungkin akan terasa ganjil dengan tradisi pernikahan orang Indonesia yang sebagian besar mengharuskan suami-lah yang membawa mas kawin (harta pemberian suami kepada istri dan kerabatnya) kecuali untuk daerah Padang. Pada akhirnya pun, dalam masyarakat patrilineal, perempuan yang telah menikah akan dicabut dari akar keluarganya dan menjadi bagian dari keluarga suaminya. Tak cuma persoalan tradisi yang diangkat Divakaruni, masalah yang dianggap tabu oleh masyarakat homogen seperti lesbian juga diangkat disini. Di kehidupan nyata kita -para perempuan- dininabobokan oleh dongeng pernikahan yang indah dan merasuk ke otak kita sebagai jalan keluar dari segala kegalauan. Namun, cerita-cerita dalam buku ini mengajak kita melihat pernikahan bukanlah jalan keluar dari segala permasalahan bahkan cenderung menjadi penjara baru yang memiliki masa hukuman seumur hidup.
Chitra Banerjee Divakaruni, penulis sekaligus dosen *profesi idaman saya :D
Overall, buku ini tetap terlihat "kalem" meski tema yang dibahas memang keras. Entah mengapa Divakaruni mengingatkan saya pada Susanna Tamaro yang tetap tenang namun sinis dalam membahas persoalan perempuan. Berbeda sekali apabila kita membaca karya-karya penulis perempuan Indonesia seperti Ayu Utami, Djenar Maesa Ayu, atau Oka Rusmini yang frontal dan penuh emosi ketika persoalan gender diangkat. Ketika kita membaca buku-buku karangan penulis luar, sebaiknya kita sudah memiliki pengetahuan mengenai kebudayaan yang diangkat si penulis (meski hanya permukaannya saja). Karena menurut saya, kita akan cukup sulit memahami cerita-cerita di dalamnya terutama jika dalam buku tersebut tidak dijelaskan peristiwa-peristiwa atau dongeng-dongeng yang berkembang disana.Poin plus dari buku ini, pembaca mendapat informasi-informasi persoalan kehidupan imigran di Amerika maupun budaya India. Sebuah referensi yang menarik jika anda tertarik mendalami dunia feminisme. Ada sebuah quote yang saya suka dalam buku ini :
" Cinta seorang pria baik akan menyelamatkan hidupmu. Kehilangan cinta meski bukan dari laki-laki baik, bisa membunuhmu. "
0 comments