Dialog Antara Pertapa Cantik dan Alien Tampan
Senin, Februari 20, 2012
Kau ingin menyampaikan pesan padaku?
aku butuh pencerahan
Sebab aku sedang flu, baiklah pencerahan seperti apakah itu?
Saat ini aku jatuh. Lelaki sepertimu adalah penyihir yang bisa memberiku tongkat untuk bangkit
Jangan takut jatuh. Itu alami, sebabnya gravitasi atau hatimukah yang jatuh itu?
Hatiku jatuh. Ia retak. Parah retakannya. Kau pernah merasakannya? Sama seperti kita kecewa nilai kita jelek padahal kita sudah belajar semaksimal mungkin. Persis seperti orang yang diusir dari rumah. Dilarang untuk kembali.
Hahaha...Iya! Pernah! sebab dengan itu aku mengerti cinta itu. Iya, seharusnya indah. Padahal sudah setiap pagi kita belajar mencintai, ternyata sorenya cinta itu, hati yang senang itu, ikut terbenam bersama matahari. Kalau kamu? Hatimu yang senang ikut kemana?
Btw, aku lupa...semoga kamu cepat sembuh...
Aku tak tahu kemana perginya hati yang senang itu. Aku ingin menemukannya kembali. Melihat senyum itu kembali di wajahku tapi sayangnya aku tak bisa kembali. Kamu pernah di posisiku? Apa yang kamu lakukan?
Trims.
Iya. Aku pernah. Bedanya aku bukan disebabkan lelaki. Hahaha...apa yang aku lakukan waktu itu, seperti yang kamu lakukan sekarang. Tidak tahu juga harus melakukan apa. Dari situ aku belajar sesuatu.
Apakah itu wahai sahabat?
Patah hati bukanlah akhir. Sebab itu alami. Melainkan awal.
Aku mendengar orang-orang mengatakan hal yang sama seperti yang kau katakan. Aku tahu ini adalah jalan untuk menemukan awal yang baru. Tapi sebagian diriku begitu merindukan diriku yang dulu. Aku merindukan senyumku yang dulu. Tahukah kamu bahwa itu sangat menyakitkan. Dan sebagian diriku yang lain begitu membenci serpihan-serpihan diriku itu. Aku menghadapi peperangan yang besar dengan diriku, kawan...
Cinta itu perihal yang aneh ya? Iya. Selain bikin damai, bikin senang. Bisa juga bikin perang. Tetapi, oh bukankah kamu yakin kalau Tuhan mencintaimu? Bukankah cinta Tuhan itu maha besarnya? Maka maukah Ia, yang begitu besar cinta-Nya itu, mewakilkan cinta-Nya padamu kepada orang yang dianggapNya tidak bisa?
Ah...kau lebih tahu soal ini.
Aku malu pada diriku. Aku sungguh tak berdaya dengan keinginan dagingku. Kau benar kawan, seharusnya cintaku harus kuberikan kepada-Nya. Dialah yang menjadi prioritas hidupku. Kepada-Nyalah aku meyerahkan seluruh hatiku. Agar bilamana waktunya telah tiba, kita akan melakukan persatuan abadi dengan Sang Kekasih.
bukankah itulah tujuan kita hidup? Kembali menemukan Sang Kekasih dalam perjalanan hidup kita?
#percakapan dengan Tyar, si Alien Tampan saat kuliah Dasar-dasar Penelitian Komunikasi.
Hahaha...Iya! Pernah! sebab dengan itu aku mengerti cinta itu. Iya, seharusnya indah. Padahal sudah setiap pagi kita belajar mencintai, ternyata sorenya cinta itu, hati yang senang itu, ikut terbenam bersama matahari. Kalau kamu? Hatimu yang senang ikut kemana?
Btw, aku lupa...semoga kamu cepat sembuh...
Aku tak tahu kemana perginya hati yang senang itu. Aku ingin menemukannya kembali. Melihat senyum itu kembali di wajahku tapi sayangnya aku tak bisa kembali. Kamu pernah di posisiku? Apa yang kamu lakukan?
Trims.
Iya. Aku pernah. Bedanya aku bukan disebabkan lelaki. Hahaha...apa yang aku lakukan waktu itu, seperti yang kamu lakukan sekarang. Tidak tahu juga harus melakukan apa. Dari situ aku belajar sesuatu.
Apakah itu wahai sahabat?
Patah hati bukanlah akhir. Sebab itu alami. Melainkan awal.
Aku mendengar orang-orang mengatakan hal yang sama seperti yang kau katakan. Aku tahu ini adalah jalan untuk menemukan awal yang baru. Tapi sebagian diriku begitu merindukan diriku yang dulu. Aku merindukan senyumku yang dulu. Tahukah kamu bahwa itu sangat menyakitkan. Dan sebagian diriku yang lain begitu membenci serpihan-serpihan diriku itu. Aku menghadapi peperangan yang besar dengan diriku, kawan...
Cinta itu perihal yang aneh ya? Iya. Selain bikin damai, bikin senang. Bisa juga bikin perang. Tetapi, oh bukankah kamu yakin kalau Tuhan mencintaimu? Bukankah cinta Tuhan itu maha besarnya? Maka maukah Ia, yang begitu besar cinta-Nya itu, mewakilkan cinta-Nya padamu kepada orang yang dianggapNya tidak bisa?
Ah...kau lebih tahu soal ini.
Aku malu pada diriku. Aku sungguh tak berdaya dengan keinginan dagingku. Kau benar kawan, seharusnya cintaku harus kuberikan kepada-Nya. Dialah yang menjadi prioritas hidupku. Kepada-Nyalah aku meyerahkan seluruh hatiku. Agar bilamana waktunya telah tiba, kita akan melakukan persatuan abadi dengan Sang Kekasih.
bukankah itulah tujuan kita hidup? Kembali menemukan Sang Kekasih dalam perjalanan hidup kita?
#percakapan dengan Tyar, si Alien Tampan saat kuliah Dasar-dasar Penelitian Komunikasi.
0 comments