Bukan Film
Minggu, Januari 15, 2012Shrek: Um... Fiona?
Princess Fiona: Yes, Shrek?
Shrek: I... I love you.
Princess Fiona: Really?
Shrek: Really, really!
Princess Fiona: Mmmm... I love you too.
Saya berharap hidup saya seperti di film. Setidaknya wajah saya tidak kusam dan rambut saya tidak berantakan saat bertemu kamu. Tapi kenyataannya, rambut saya berantakan dan wajah saya berminyak dalam suasana hati yang kusut.
Mari kita bicara.
Suasana yang emosional memang terasa dalam ruangan itu. Saat kata-kata meluncur dan hasil yang kita harapkan ternyata berbeda. Kamu pada keputusanmu begitupun saya. Tidak ada titik temu. Haruskah saya mengalah lagi? Menerima semua keputusanmu untuk pergi seperti ketika kamu datang dalam hidup saya?
Saya berharap hidup saya seperti di film. Ketika saya menangis dan kamu memeluk saya. Kamu akan mengatakan "semuanya akan baik-baik saja". Nyatanya agak sedikit berbeda yang terjadi. Saya menangis, kamu memeluk saya, tapi tidak mengatakan "semuanya akan baik-baik saja". Kamu hanya bilang," Kuat-lah..."
Saat saya pergi dari hadapanmu, Tuhan mengabulkan sedikit scene dalam film terjadi saat itu. Ketika saya tengah membereskan barang-barang saya, tiba-tiba junior-junior kita di luar ruangan menyanyikan lagu She Will Beloved. Kamu hanya menatap saya dengan tatapan itu. Tatapan yang sama ketika kamu bilang,"Biarkan aku menemanimu". Tatapan yang sama ketika kamu bilang,"Masih maukah kau menulis tentang aku" atau tatapan saat kamu bilang, "Kamu masih mau kan menjenguk aku disini?"
Namun, saya tidak mengenali tatapan saat kamu mengatakan, "Saya tidak menginginkan hubungan ini lagi."
Saya berharap hidup saya seperti di film. Setting-nya sudah pas, ada backsound She Will Beloved dan mendung sore hari. Saya berbalik dan mendapati matamu yang menatap kepergianku. Saya memalingkan wajah tak sanggup melihat. Lalu saya berjalan terus..terus. Tiba-tiba, saya mendengar tapak-tapak kaki yang berjalan di belakangku. Ya Tuhan, apakah ini benar-benar seperti di film. Saat si pemeran pria mengejar pemeran perempuan lalu mengatakan ia mencintainya dan mereka pun berciuman?
Saya menoleh
Di belakangku berdiri seorang lelaki, ia tersenyum menyapaku.
Saya balas tersenyum.
Sayangnya, itu bukan kamu.
Kamu tidak mengejarku, mengatakan cinta padaku, kita berpelukan dan berciuman. Adegan itu tidak terjadi. Saya berjalan pulang sendirian. Gerimis pun menangis. Kamu bahkan tidak menawarkan diri untuk mengantarku.
Ini memang bukan film. Dan seharusnya saya memang tidak mempercayainya.
PS : ditulis sambil dengar Closing Time -nya Semisonic * "Every new beginning comes from some other beginning's end."
0 comments