Baju di Etalase Toko
Senin, Juni 06, 2011
Pada suatu hari di suatu masa...
Ada sebuah Baju yang selalu dipajang di etalase toko dan belum ada yang membelinya. Baju itu bukan baju biasa. Ia adalah baju keluaran terbaru dengan model yang unik. Sang Desainer sangat serius dalam membuatnya. Ia merancang sendiri polanya, mengukur kainnya, mengguntingnya dengan teliti, dan menjahitnya dengan kedua tangannya sendiri hingga voila..jadilah sebuah baju yang menawan. Modelnya tidak mengenal zaman. Dalam era apapun ia cocok dikenakan.
Dengan bangga, sang Desainer meneruskan baju itu untuk dijual di Toko Pakaian ternama di kota itu. Sang Pemilik toko langsung terkesima dan langsung mengenakannya pada salah satu manekin terbaiknya. Dilabelinya harga yang tinggi dan langsung dipajangnya baju yang hanya satu berada di toko pakainnya. Cuma satu.
Setiap orang yang melewati toko pakaian itu pasti berhenti dan memandang baju itu dengan kagum. Mereka lalu memasuki toko itu dan melihat label harganya. Mahal. Mereka tidak punya cukup uang untuk membeli. Saking takutnya, untuk mencoba memakainya pun mereka tak berani. Takut rusak jikalau dicoba dan tak sanggup membayar gantinya.
Di lain sisi, banyak pula baju-baju cantik yang dijual di toko pakaian itu. Tapi mereka memiliki kembaran dengan berbagai ukuran. Sebagian dari mereka juga sudah laku terbeli. Baju-baju yang belum laku kemudian dilepaskan dari manekin dan dijual dengan harga murah. Namun tidak demikian dengan Baju ini. Ia tetap dipajang di etalase toko itu. Ia terlalu sayang jika didiskon atau diobral. Ia tidak serendah itu.
Waktu demi waktu berlalu, Baju itu masih terus terpajang disana. Diam-diam sang Baju bertanya-tanya, kapan ia terbeli? Kapan ia termiliki ?
Sudah lama ia menanti pembeli. Setiap dilihatnya calon pembeli yang memandangnya kagum, ia berharap calon pembeli itu segera memilikinya. Tapi pembeli-pembeli itu hanya datang melihat dibalik kaca tanpa ada niat untuk membeli. Memilikinya. Ia selalu iri ketika ada baju-baju lain yang dibawa ke kasir untuk dibeli, tapi belum ada yang berani untuk melakukan itu padanya. Sang Baju kecewa. Ia patah hati.
Lama...
Sang Baju terus menunggu. Ia menantikan pembeli yang akan membawanya pulang.
Pada suatu hari yang cerah, ada seorang calon pembeli melintas di depan toko pakaian itu. Seperti calon pembeli yang lain, ia jatuh cinta kepada Baju itu. Ingin sekali dimiliki dan dikenakannya. Ia masuk ke dalam toko dan melihat angka yang tertera di label. Seketika itupula wajahnya terlihat sedih. Harganya terlalu mahal dan ia tidak bisa membelinya. Ia menyentuh Baju itu. Bahannya begitu bagus dan ia pasti akan terlihat menawan jika memakainya. Dengan penuh keberanian, ia mencoba Baju itu. Biarlah ia tak membelinya paling tidak ia pernah memakainya walaupun cuma sekali. Dan yah....betapa menawannya ia dengan Baju itu.
Calon pembeli itu bahagia dan menikmati saat-saat mencoba Baju itu. Sang Baju juga senang luar biasa. Setelah sekian lama akhirnya ada juga yang mencobanya. Namun, raut wajah calon pembeli itu menjadi muram. Ia melepaskan Baju itu kembali. Calon pembeli itu tidak bisa memilikinya walaupun ia terlihat menawan dengan Baju itu. Ia melihat baju lain yang diobral di toko pakaian itu. Lalu, dibelinya satu yang cocok untuknya. Sang baju kembali dikenakan pada manekinnya. Calon pembeli itu keluar dari toko dengan menenteng baju yang dibelinya tanpa menoleh kepada sang Baju. Air mata sang Baju mulai menetes.
Hati sang Baju hancur. Sungguh tega para pembeli itu. Apakah mereka tidak tahu rasanya diterbangkan ke langit dan dihempaskan begitu saja ke tanah di saat yang sama? Untuk sebuah baju yang telah lama dipajang, ia terluka.
Pemilik toko melihat kesedihan sang Baju. Ia membelai sang Baju dengan penuh kasih.
" Sebenarnya bisa saja aku menurunkan hargamu dan kuobral agar kau laku. Pasti akan banyak sekali yang berebutan untuk memilikimu,"kata Pemilik Toko. "Tapi itu tidak kulakukan karena kamu bukanlah baju biasa. Kau harus berada di tangan yang tepat. Kau harus dikenakan pada pembeli yang berani membelimu. Berani memilikimu."
Sang baju mengangkat wajahnya yang sedih," Kapankah itu, Tuan," tanyanya sambil terisak-isak.
Pemilik Toko lalu menjawab," Sabarlah, waktunya akan tepat untukmu."
*finally, setelah stuck tanpa ide menulis.
1 comments
cool
BalasHapuskeep writing ya :)