Ternyata seperti ini rasanya. Bukankah ini yang selalu kau harapkan? Yang selalu bersemi dalam imajinasi merah mudamu? Ini lebih nyata daripada hanya sekedar menonton film romantis seorang sendiri. Ini telah melampaui mimpi-mimpi yang dulu kau semai dalam tidurmu.
Saatnya telah tiba. Kini waktumu untuk merasakannya. Tidak seperti kemarin. Cinta itu bukan lagi sesuatu yang menyakiti atau lebur dalam tangisan tengah malam. Ada rasa gembira sekaligus tak rela disana.
Kau pun tak bisa mencari kalimat yang tepat untuk mendeskripsikan perasaanmu saat ini. Kau melupakan lukamu yang kau pendam sejak masih memakai seragam putih biru.
Kau hanya ingin menikmatinya saja. Di saat kembali jarak memisahkan dan ketidakmampuanmu untuk mengucapkan rindu padanya. Rindumu yang sengaja tak kau sampaikan dalam telepon maupun pesan singkat. Cukup kau yang menyimpannya sendiri.
Pulanglah cepat. Aku tak sabar untuk memelukmu.
*menulis sambil dengar lagunya Andien - Pulang
Nama Anthony de Mello mulai akrab ketika kami sedang belajar agama Katolik di sekolah. Salah satu mistikus Kristen yang juga merupakan Uskup di Goa ini telah menyentuh hidup banyak orang dari berbagai macam agama lewat tulisannya yang mengandung unsur spiritualitas. Salah satu tulisannya yang pernah dimuat dalam buku pelajaran Pendidikan Agama Katolik terbitan Kanisius ini akan saya tuliskan kembali ke dalam blog Halo, Meike.
Menurut saya, tulisan Uskup Anthony de Mello bersifat universal dan dapat diterima oleh semua kalangan baik itu dari agama Kristen sendiri, diluar agama Kristen, agnostik, dan juga ateis. Tulisannya tidak bermaksud untuk memberikan dogma atau pengaruh tertentu yang berasal dari agama Kristen. Namun, lebih mengarah untuk membantu orang-orang kembali menjalin hubungan mesra dengan Penciptanya. Kalau saya melihatnya, sebagian tulisannya itu berupa kritikan agar Gereja ( persekutuan umat Allah ) dapat kembali hidup menurut Roh tanpa adanya kesombongan dalam rohaninya. Seperti cerita di bawah ini.
Yesus Kristus berkata bahwa Ia belum pernah menyaksikan pertandingan sepak bola. Maka kami, aku, dan teman-temanku, mengajak-Nya menonton. Sebuah pertandingan sengit berlangsung antara kesebelasan Protestan dan kesebelasan Katolik.
Kesebelasan Katolik memasukkan bola terlebih dahulu. Yesus bersorak gembira dan melemparkan topinya tinggi-tinggi. Lalu ganti kesebelasan Protestan yang mencetak gol. Dan Yesus bersorak gembira serta melemparkan topinya tinggi-tinggi lagi.
Hal ini rupanya membingungkan orang yang duduk di belakang kami. Orang itu menepuk pundak Yesus dan bertanya: "Saudara berteriak untuk pihak yang mana?"
"Saya?," jawab Yesus, yang rupanya saat itu, sedang terpesona oleh permainan itu.
"Oh, saya tidak bersorak bagi salah satu pihak. Saya hanya senang menikmati permainan ini."
Penanya itu berpaling kepada temannya dan mencemooh Yesus: "Ateis!"
Sewaktu pulang, Yesus kami beritahu tentang situasi agama di dunia dewasa ini. "Orang-orang beragama itu aneh, Tuhan," kata kami. "Mereka selalu mengira, bahwa Allah ada di pihak mereka dan melawan orang-orang yang ada di pihak lain."
Yesus mengangguk setuju. "Itulah sebabnya Aku tidak mendukung agama; Aku mendukung orang-orangnya," kata-Nya. "Orang lebih penting daripada agama. Manusia lebih penting daripada hari Sabat."
"Tuhan, berhati-hatilah dengan kata-kataMu," kata salah seorang di antara kami dengan was-was. "Engkau pernah disalibkan karena mengucapkan kata-kata serupa itu."
"Ya - dan justru hal itu dilakukan oleh orang-orang beragama," kata Yesus sambil tersenyum kecewa.
Pada awalnya adalah satu. Kemudian mulai terpecah. Jalan itu kemudian membentuk dua cabang. Walaupun begitu jalan-jalan itu berasal dari tujuan yang sama. Berasal dari satu Pencipta.
Lalu datanglah kita. Sayangnya, kita berada di jalan yang berbeda. Kita berjalan terus walau tak tahu bagaimana ujungnya. Akankah dua jalan ini melebur menjadi satu atau tetap menjadi dua jalan yang terpisah?
Sampai kemudian datanglah pengganggu. 2 jalan itu tak dibiarkan mulus. Para pengganggu menciptakan keraguan, keresahan, dan ketakutan. Ada banyak tanda larangan disana. Banyak rambu yang mengatur meskipun baru sepetak dua petak kita melangkah.
Dan kita, meskipun bergandengan tangan di jalan yang berbeda, berusaha menafikan penganggu-pengganggu itu. Dan berharap, semoga, jalan itu kembali menjadi satu. Entah bagaimana caranya. Entah apapun yang terjadi.
" Samantha Jones itu refleksi diriku...tidak pernah saya temukan yang seperti itu di film manapun... I love you but I love me more..." ( Tirta )
Setiap orang ingin memiliki sahabat. Seorang teman yang lebih dari seorang saudara. Ikut tertawa di saat bahagia dan menangis di kala duka. Saya beruntung memiliki beberapa orang yang menjadi sahabat saya. Mereka adalah orang-orang penting dalam hidup saya. Orang pertama yang menjadi sahabat saya bernama Tirta Arum Bhakti Tanes. Bila diartikan dari bahasa Jawa namanya berarti air harum yang berbakti. Tanes adalah nama keluarganya. Kebersamaan itu dimulai ketika kami sama-sama satu sekolah sejak SD, SMP, SMA hingga kuliah. Kami bahkan tinggal di kompleks yang sama.
Persahabatan ini telah dipupuk sejak kami masih SD hingga detik ini. Dulu sewaktu sekolah beberapa kali kami duduk sebangku. Kami pun kuliah di universitas yang sama walau berbeda fakultas. Dia bersama saya hampir separuh umur saya. Saya pun demikian. Kami saling memperhatikan mulai dari fase bertumbuh, jatuh, dan bangkit. Kami menikmati masa kanak-kanak kami, masa remaja yang penuh dengan gejolak hingga pada akhirnya kami tiba dalam fase masa dewasa.
Saya dan Tirta banyak belajar untuk mengenal pribadi masing-masing. Tentu saja kami pernah beda pendapat atau saling memaki. Namun, tak sedikit kami berbagi tawa, tangis, dan bahagia bersama. Persahabatan kami juga masuk dalam tahap penyaringan: apakah kami memang sahabat sejati atau tidak. Sebuah tragedi yang menimpa Tirta waktu kami masih SMA membuat kami belajar bahwa musuhmu adalah temanmu dan temanmu adalah saudaramu. Tirta jugalah yang menyelamatkan saya ketika hampir tenggelam di kolam renang sekolah.
Banyak cerita yang telah kami tulis berdua. Baik itu hal yang manis maupun pahit. Hubungan asmara juga ikut mewarnai buku persahabatan kami. Tirta melihat jatuh bangun-nya saya dalam percintaan merah muda. Saya pun demikian. Dia adalah saksi ketika saya berusaha bangkit dari putus asa dan saya pun adalah bahu yang dipakainya untuk menangis. Tirta adalah good adviser saya. Saya sering meminta pendapatnya untuk hal-hal tertentu begitu juga sebaliknya. Walaupun dalam selera, kami jelas berbeda.
Seiring berjalannya waktu, kami harus belajar untuk mandiri. Kehidupan yang ditulis Yang Kuasa mengharuskan kami untuk bertahan masing-masing. Kami belajar bahwa hidup harus terus berjalan. Walaupun begitu, kami tetap saling menguatkan dan menopang lewat doa atau hanya sapaan manis dalam pesan singkat.
Tanggal 18 Juni yang lalu, Tirta genap berusia 20 tahun. Selamat Ulang Tahun, Tirta...
Tuhan Yesus memberkatimu. ^^
kotak Pandora saya dan Tirta :
- saling meminjamkan buku mulai komik sampai novel.
- waktu SMP saya duduk sebangku dengan Tirta. Karena saya pas-pasan dalam matematika sedangkan Tirta jago dalam pelajaran itu ( SNMPTN saja dia tembaknya jurusan matematika walau akhirnya lulus di akuntansi :p ), Tirta menjadi tempat contek saya. Kami bahkan les matematika dan fisika bareng di rumahnya. walaupun pada akhirnya lebih banyak gosipnya daripada belajarnya dan malah gurunya yang ujung-ujungnya menyelesaikan PR-PR kami.
- ada 5 sahabat lelaki dalam hidup kami : Erwin, Londa, Powell, Hugo, dan Kemas.
- sahabat-sahabat kampusnya Tirta jadi teman saya, sahabat-sahabat kampus saya juga menjadi teman-temannya Tirta.
- pulang bareng naik pete-pete sejak SMA tapi mulai bersolo karier sejak kuliah
- sama-sama bimbel di JILC
- Kalau saya jadi Koordinator Acara dalam event sekolah, Tirta pasti jadi anggotanya.
- kalau Tirta pergi bergaul pasti saya yang ditelpon mamanya.
- punya geng semasa SMA bernama GO_Kill Gank yang fenomenal.
- punya buku curhat semasa SMP
- kadang-kadang kami mengagumi cowok yang sama namun cowok itu lebih sering naksir Tirta ketimbang saya. tapi, syukurlah sampai detik ini kami belum pernah jatuh cinta dengan laki-laki yang sama. semoga tidak.
- Tirta adalah refleksi tokoh Samantha Jones di serial Sex and The City sedangkan saya (menurut Tirta) adalah refleksi tokoh Miranda Hobbes di serial itu.
- Tirta suka warna hijau dan saya sampai saat ini berubah-ubah warna kesukaannya.
- kami pernah terpilih sebagai "Senior Ter-Gokil" waktu SMA oleh murid baru saat sama-sama jadi pengurus OSIS.
- pernah naik bentor bertiga. formasinya kalau bukan saya, Tirta, dan Erwin pasti saya, Tirta, dan Dwi.
- waktu masih maba pernah mengalami cinta yang dangkal...hehe..
- kata-kata andalannya Tirta, " ahh...itu masalah nanti..."
- waktu SMA, Tirta ikut pemilihan Putra-Putri Rajawali. saya pun menjadi manager-nya sekaligus membantu dia sebagai narator saat tes uji bakat. Meski mendapat tragedi, Tirta terpilih sebagai Miss "Best Catwalk"
- waktu SD sama-sama naksir anak SMA bernama Robbi. entah dimana dia berada sekarang.
- saat ini sama-sama mengalami kisah "Peri Cinta"-nya Marcell
- cita-cita masa depan : Tirta mau jadi akuntan sedangkan saya mau jadi dosen
suhu rumah ini semakin dingin
seiring dengan pekatnya malam
katanya bintang-bintang bertaburan
sinari gelap yang kelam
pada jam 12 malam
masih terperangah
lihat wujud lelaki dengan simbol binatang malam
terbang dalam sunyi
hapuskan lelap dari nyenyak
sementara disana
ada gadis berambut ekor kuda
membawa lentera dengan sulur-sulur panjang
menunggu hadirnya
untuk padamkan rindu di dada
PS : the Bad Man is Dead!
gadis itu tetap berdiri
walau luka tertusuk duri-duri
ia tersenyum manis penuh sabar
berkawat gigi dengan topi lebar
gadis itu tetap berdiri
walau sakitnya hadirkan sedu sedan
ia bertahan
maju terus menatap ke depan
oh...janganlah sedih
biarkan tawamu hapuskan rintih
tetaplah berdiri
janganlah patah hati
kuatlah kau disana
gadis berkawat gigi dengan topi lebar
*terima kasih penuh kekaguman atas ilustrasi foto by Kak Dian Pongtuluran ^_______^
rasanya...
lebih dingin dari hujan di sore hari
lebih hangat dari matahari pukul 4:20
ingin lagi...
bukan...
remangnya tidak seperti senja
atau harumnya menusuk seperti melati
basah....
beda...
bukan rasa seperti bibir ibu
atau kecupan ayah
sungguh...
seperti pertemuan kekasih
seperti pelaut yang melihat daratan
seperti anak kecil dibelikan permen
seperti matahari bertemu bulan
seperti aku dan kamu
* C = K, dua bahasa yang berbeda namun memiliki arti yang sama
I always looking for something BIG.
Something bigger than more.
Something special.
Something that making me feel life and strong .
To be love and care.
Even for it, I made some sacrifice.
I sacrifice my joy or a little have fun
This is for something BIG.
Something that I called HOPE
Something that I want to get, my LOVE
All of them, I put in my FUTURE
I keep them in my PRAY
Betapa asyiknya memiliki pil NZT seperti dalam film "Limitless". Hanya dengan meminumnya maka sim salabim....kita akan berubah menjadi Superman. Superman yang saya maksud tidak perlu memakai baju biru superketat serta kolor merah diluar celananya. Tidak harus terbang kesana-kemari dari Bumi hingga Krypton dengan sekejap. Superman ini juga tidak harus memiliki pacar bernama Lana.
Superman versi Limitless berwujud manusia biasa: perempuan atau laki-laki. Mereka tetap dengan penampilannya sehari-hari tanpa perlu kostum ribet. Dengan NZT yang berbentuk bulat dan bening, kau akan tiba-tiba menjadi super rajin, otakmu langsung encer, kau mampu berbicara dalam berbagai bahasa asing, memainkan lagu Chopin tanpa susah payah latihan piano bertahun-tahun, dan mampu berinteraksi dengan lincah dengan orang lain. Good news-nya, kau mampu lebih cerdas, lebih cepat, dan lebih hebat dari manusia biasa.
Film "Limitless" yang dibintangi Bradley Cooper ini sama seperti film bergenre science-fiction lainnya. Alurnya tetap memakai drama tiga babak, ada good people dan bad people-nya, serta ending yang agak-agak menggantung. Kalau menurut saya , ada tiga alasan mengapa film memiliki ending yang gantung. Pertama, ada pesan yang ingin disampaikan sutradara kepada penontonnya. Ia sengaja memberikan pertanyaan kepada penonton yang nanti dijawab sendiri oleh penontonnya. Kedua, untuk memancing sekuelnya dibuat. Ketiga, ya mungkin buat lucu-lucuan. Sutradaranya mungkin suka melihat wajah orang yang ganjil diantara lega, terperangah, dan bingung. Ngomong-ngomong soal film yang endingnya gantung, saya jadi ingat film "In The Name of Love" yang dibintangi Vino G.Bastian dan Acha Septriasa. Film ini memiliki cerita yang bagus namun sayang memiliki ending yang tidak jelas hingga saya sukses dibuat penasaran. Menurut saya, film itu belum selesai. Endingnya super-duper gantung. Serius. Di akhir film malah ditulis "to be continued..." yang artinya akan ada sekuelnya. Tapi sampai sekarang film sekuelnya tidak pernah muncul di bioskop.
Kembali ke Limitless, seperti judulnya pil NZT mampu membuat manusia biasa melakukan hal-hal yang tak terbatas. Tapi, seperti obat-0batan lainnya tentu pil ini memiliki efek samping. Jika kita berhenti meminumnya maka kita akan kesulitan berkonsentrasi, menjadi malas dan lambat. Penyakit juga pasti akan menyerang karena pil ini membuat kita lupa makan dan istirahat. Nah, itu baru bad news-nya.
Lalu, mengapa saya mau pil ini? sama seperti tokoh Eddie Morra yang diperankan Bradley Cooper yang penulis, ia juga terserang writer block. Dan dengan NZT, ia langsung mendapat inspirasi untuk melanjutkan tulisannya dalam waktu hitungan jam. Ia mampu mmebersihkan apartemennya yang super berantakan hingga menjadi kinclong. Dan berkat pil ini, dari penulis biasa, Eddie kemudian menaklukkan Wall Street dan akhirnya mencalonkan diri menjadi senator Amerika Serikat. Betapa mudahnya kan? saya membayangkan diri saya yang tiba-tiba buntu menulis langsung kebasahan hujan inspirasi, dari malas langsung rajin, menghabiskan buku Das Kapital-nya Karl Marx dalam hitungan jam serta memahami isinya, bisa bahasa Mandarin, Inggris, Perancis, dan Italia dalam sekejap, atau tiba-tiba menjadi Presiden Republik Indonesia.
Namun, setelah dipikir-pikir lagi, saya lebih memilih menjalani kehidupan yang normal. Apa yang didapatkan Eddie memang menggiurkan namun hal itu membuat kita melupakan satu hal penting yaitu proses dari kehidupan itu sendiri. Jadi, nikmati saja semuanya dari kemarau hingga hujan yang penuh berkat. Kesuksesan yang diraih akan lebih luar biasa rasanya jika dilandaskan dari usaha kita sendiri.
Karena seperti yang dibilang Mas Ahmad Dhani, "tak ada yang jatuh dari langit dengan cuma-cuma..."
by : Chantal Kreviazuk
Somethin' in your eyes, makes me wanna lose myself
Makes me wanna lose myself, in your arms
There's somethin' in your voice, makes my heart beat fast
Hope this feeling lasts, the rest of my life
If you knew how lonely my life has been
And how long I've been so alone
And if you knew how I wanted someone to come along
And change my life the way you've done
It feels like home to me, it feels like home to me
It feels like I'm all the way back where I come from
It feels like home to me, it feels like home to me
It feels like I'm all the way back where I belong
A window breaks, down a long, dark street
And a siren wails in the night
But I'm alright, 'cause I have you here with me
And I can almost see, through the dark there is light
Well, if you knew how much this moment means to me
And how long I've waited for your touch
And if you knew how happy you are making me
I never thought that I'd love anyone so much
It feels like home to me, it feels like home to me
It feels like I'm all the way the back where I come from
It feels like home to me, it feels like home to me
It feels like I'm all the way back where I belong
It feels like I'm all the way back where I belong
PS : sukaaaaaaaaaaaaaa sekali lirik lagu ini. Buat Sidharta, love you
Malam ini saya memiliki pernyataan untuk diri saya sendiri. Pernyataan itu sama dengan yang diutarakan Carrie Bradshaw di film Sex and The City ketika ia akan menikah dengan Mr.Big : " I used to write about finding love. Now, I wanna write about what happens after you've found it."
Yeah, hampir semua tulisan-tulisan itu bercerita tentang kesedihan. Penantian yang panjang dalam menunggu sesuatu. Harapan yang terus-menerus membara dalam tanda tanya besar. Doa yang tak putus-putusnya meminta hal yang sama. Hingga akhirnya tanpa diduga, walau tidak persis sama dalam adegan film-film romantis, dia akhirnya datang dalam wujud yang tidak diduga.
Sebuah quote dalam film Nanny McPhee seakan menjawab keraguan itu : "Di saat kau memerlukannya tapi tidak menginginkannya, ia akan datang. Di saat kau menginginkannya tapi tidak membutuhkannya, ia akan pergi."
Seperti itulah, tanpa diduga semuanya terjadi. Tuhan selalu memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. Karena tentu saja apa yang kita inginkan belum tentu baik bagi kita. Jalan kesana pun dimuluskan satu-persatu. Mendadak di sekitar menjadi para jurnalis yang melontarkan pertanyaan 5W + 1H untuk dijawab. Lalu, seperti biasa kami akan menjawab dalam senyuman penuh arti.
Keputusan ini datang bukan sebagai pemenuhan dari keinginan itu. Pilihan itu dibuat melalui proses yang sulit dengan campur tangan Yang Tak Terlihat. Kami saling membutuhkan seperti gembok dan anak kuncinya. Keduanya tidak akan berguna jika kehilangan salah satunya. Bagaikan kulit baru yang menutupi luka, Kami pun saling menyembuhkan. Segala sesuatu ada waktunya. Kini, airmata dari penantian itu telah menjadi mutiara. - 18 Maret 2011-
mata sipit perlahan terbuka
lalu menutup lagi
mimpinya tersambung seketika
mata sipit mekar bersemi
menganga karena silau
rambut ikal kusut menggunung
mulut rasa mentega
bangun karena suara bising
wajahnya tetap manis
meski belum mandi
*on the bed
Di bawah pengaruh Decolgen aku menuliskan ini kepadamu, Sidharta.
Sebenarnya aku bisa saja melakukan semua "hal biasa" itu kepadamu. Tapi apakah bedanya dengan yang pernah diberikan para "pendahulu"? Bukankah kita telah bersepakat bahwa semua pengecualian ini mengarah pada "hal luar biasa" yang sedang kita rajut bersama?
Jika jawabannya IYA, maka jangan tawar hatimu dan tersenyumlah. Karena jelas aku tak akan kemana-mana.
Kemarin aku sakit dan Decolgen menjadi penolong yang setiap 5 jam sekali kutelan. Esoknya, kau pun ikut-ikutan terkapar dan rencana yang kita susun pun terpaksa harus diundur. Decolgen menjadi obat yang sama untuk menyembuhkanmu. Lalu, seharian kau belum makan. Malamnya kau terpaksa memesan fast food karena tubuhmu tak mampu membawamu berlari mengejar ayam goreng kampung di warung langgananmu. Sedangkan aku? malam ini aku juga makan fast food. Walaupun beda merk dengan fast food-mu. Lalu, aku berpikir. Walaupun aku tak berada disana dan kau juga tak berada disini, bukankah hari ini kita melakukan beberapa kegiatan yang sama? Berbaring di tempat tidur, memakan makanan yang sama, minum obat yang sama, atau menonton televisi. Kita melakukannya sayangku, perbedaannya adalah kita berada di tempat yang berbeda.
Di bawah pengaruh Decolgen, kurang lebih 3 jam yang lalu kuminum, Sidharta, aku menuliskan ini padamu.
Perhatianku tidak harus menyentuh raga fisikmu. Jiwamu kini telah kupeluk dan kuusap dengan sepenuh hati. Seperti yang kau bilang dalam pesan singkat semalam, kita sedang berkasih-kasihan. Meski berpijak di tanah yang sama walau berada di tempat yang berbeda.
*ditulis sambil dengar Everyday I love you - Boyzone
gadis manis bukan bengis
dengan mata memerah ia meringis
tubuhnya basah tersiram gerimis
bagai petasan tersulut habis
bilamana aku jahat
janganlah kau palingkan wajahmu
nanti kujadikan kau batu penuh pahat
sama seperti prasasti para Prabu
gadis manis bukan bengis
tiba-tiba bawa pisau pucat pasi
diam-diam menangis
karena membunuh untuk nasi basi
*dalam kondisi setengah sadar, kumpul nyawa sehabis tidur
sebuah percakapan terjadi dalam sebuah pesan singkat tadi malam...
Where are you, dear ?
Sidharta :
I am here beside you dear
Pertapa Cantik :
Hatimu dimana?
Sidharta :
Coba rasakan dada kirimu. I left there
Pertapa Cantik :
Pikiranmu?
Sidharta :
Tepat mengambil sedikit celah di antara pikiranmu...Jiwaku?Jiwaku?
Pertapa Cantik :
Hmm...baiklah, jiwamu ada dimana?
Sidharta :
Sedang berkasih-kasihan dengan jiwamu di depan rumah
Pertapa Cantik :
Tidak mau menanyakan hal yang sama padaku?
Sidharta :
Tidak sayang..Seperti yang saya bilang tadi...I have no doubt on you
Pada suatu hari di suatu masa...
Ada sebuah Baju yang selalu dipajang di etalase toko dan belum ada yang membelinya. Baju itu bukan baju biasa. Ia adalah baju keluaran terbaru dengan model yang unik. Sang Desainer sangat serius dalam membuatnya. Ia merancang sendiri polanya, mengukur kainnya, mengguntingnya dengan teliti, dan menjahitnya dengan kedua tangannya sendiri hingga voila..jadilah sebuah baju yang menawan. Modelnya tidak mengenal zaman. Dalam era apapun ia cocok dikenakan.
Dengan bangga, sang Desainer meneruskan baju itu untuk dijual di Toko Pakaian ternama di kota itu. Sang Pemilik toko langsung terkesima dan langsung mengenakannya pada salah satu manekin terbaiknya. Dilabelinya harga yang tinggi dan langsung dipajangnya baju yang hanya satu berada di toko pakainnya. Cuma satu.
Setiap orang yang melewati toko pakaian itu pasti berhenti dan memandang baju itu dengan kagum. Mereka lalu memasuki toko itu dan melihat label harganya. Mahal. Mereka tidak punya cukup uang untuk membeli. Saking takutnya, untuk mencoba memakainya pun mereka tak berani. Takut rusak jikalau dicoba dan tak sanggup membayar gantinya.
Di lain sisi, banyak pula baju-baju cantik yang dijual di toko pakaian itu. Tapi mereka memiliki kembaran dengan berbagai ukuran. Sebagian dari mereka juga sudah laku terbeli. Baju-baju yang belum laku kemudian dilepaskan dari manekin dan dijual dengan harga murah. Namun tidak demikian dengan Baju ini. Ia tetap dipajang di etalase toko itu. Ia terlalu sayang jika didiskon atau diobral. Ia tidak serendah itu.
Waktu demi waktu berlalu, Baju itu masih terus terpajang disana. Diam-diam sang Baju bertanya-tanya, kapan ia terbeli? Kapan ia termiliki ?
Sudah lama ia menanti pembeli. Setiap dilihatnya calon pembeli yang memandangnya kagum, ia berharap calon pembeli itu segera memilikinya. Tapi pembeli-pembeli itu hanya datang melihat dibalik kaca tanpa ada niat untuk membeli. Memilikinya. Ia selalu iri ketika ada baju-baju lain yang dibawa ke kasir untuk dibeli, tapi belum ada yang berani untuk melakukan itu padanya. Sang Baju kecewa. Ia patah hati.
Lama...
Sang Baju terus menunggu. Ia menantikan pembeli yang akan membawanya pulang.
Pada suatu hari yang cerah, ada seorang calon pembeli melintas di depan toko pakaian itu. Seperti calon pembeli yang lain, ia jatuh cinta kepada Baju itu. Ingin sekali dimiliki dan dikenakannya. Ia masuk ke dalam toko dan melihat angka yang tertera di label. Seketika itupula wajahnya terlihat sedih. Harganya terlalu mahal dan ia tidak bisa membelinya. Ia menyentuh Baju itu. Bahannya begitu bagus dan ia pasti akan terlihat menawan jika memakainya. Dengan penuh keberanian, ia mencoba Baju itu. Biarlah ia tak membelinya paling tidak ia pernah memakainya walaupun cuma sekali. Dan yah....betapa menawannya ia dengan Baju itu.
Calon pembeli itu bahagia dan menikmati saat-saat mencoba Baju itu. Sang Baju juga senang luar biasa. Setelah sekian lama akhirnya ada juga yang mencobanya. Namun, raut wajah calon pembeli itu menjadi muram. Ia melepaskan Baju itu kembali. Calon pembeli itu tidak bisa memilikinya walaupun ia terlihat menawan dengan Baju itu. Ia melihat baju lain yang diobral di toko pakaian itu. Lalu, dibelinya satu yang cocok untuknya. Sang baju kembali dikenakan pada manekinnya. Calon pembeli itu keluar dari toko dengan menenteng baju yang dibelinya tanpa menoleh kepada sang Baju. Air mata sang Baju mulai menetes.
Hati sang Baju hancur. Sungguh tega para pembeli itu. Apakah mereka tidak tahu rasanya diterbangkan ke langit dan dihempaskan begitu saja ke tanah di saat yang sama? Untuk sebuah baju yang telah lama dipajang, ia terluka.
Pemilik toko melihat kesedihan sang Baju. Ia membelai sang Baju dengan penuh kasih.
" Sebenarnya bisa saja aku menurunkan hargamu dan kuobral agar kau laku. Pasti akan banyak sekali yang berebutan untuk memilikimu,"kata Pemilik Toko. "Tapi itu tidak kulakukan karena kamu bukanlah baju biasa. Kau harus berada di tangan yang tepat. Kau harus dikenakan pada pembeli yang berani membelimu. Berani memilikimu."
Sang baju mengangkat wajahnya yang sedih," Kapankah itu, Tuan," tanyanya sambil terisak-isak.
Pemilik Toko lalu menjawab," Sabarlah, waktunya akan tepat untukmu."
*finally, setelah stuck tanpa ide menulis.
sarapan pagi untuk anak bawang
untung sudah kenyang dengan caci
dagu terangkat karena sudah selesai sembayang
dimana ada kalimat puitis kepada Yang Suci
***just wondering