Di Manakah Keadilan di Negaraku ?
Kamis, Januari 27, 2011Kasus Ditje Budiasih
Kasus Sum Kuning
Kasus pemerkosaan kepada Sumariyem atau biasa disebut kasus Sum Kuning ini mengingatkan kita pada sebuah sinetron yang dibintangi Bunga Zaenal dan Evan Sanders yang bercerita tentang seorang gadis desa yang diperkosa beramai-ramai dan dibuang dipinggir jalan. Ternyata cerita sinetron ini terjadi di dunia nyata. Tanggal 21 September 1970, seorang gadis penjual telur bernama Sum Kuning diculik dan diperkosa oleh tujuh orang pemuda. Setelah diperkosa gadis itu kemudian diturunkan begitu saja di jalan. Sum Kuning kemudian melaporkan hal ini pada kepolisian tapi malah dituduh berbohong dan diduga sebagai anggota Gerwani. Proses penyidikan tersebut pun berlangsung tidak dengan cara manusiawi. Seperti halnya sandiwara, polisi kemudian menangkap terdakwa-terdakwa yang diduga melakukan kejahatan tersebut. Ironisnya, terdakwa-terdakwa palsu ini sengaja dihadirkan untuk melindungi pelaku-pelaku sebenarnya yang konon adalah anak-anak pejabat di era itu.
***
Dua kasus di atas adalah sebagian contoh dari keadilan yang disembunyikan di negeri kita. Aparat kepolisian yang diharapkan sebagai tempat menegakkan hukum dan keadilan justru tidak mampu melakukannya. Malahan ikut-ikutan bermain dalam peran sandiwara kasus-kasus pidana ini. Ketakutan pada orang-orang yang memiliki kuasa begitu mengintimidasi mereka. Orang-orang yang memiliki kuasalah yang selalu menjadi sutradara dalam sandiwara yang jauh dari batas keadilan.
Saya lalu berpikir dengan melalui jalur jurnalistik yang saya pelajari. Kasus-kasus di atas dapat muncul di permukaan karena peran-peran pers pada saat itu yang terbilang berani memberitakan kasus-kasus pidana yang melibatkan orang-orang yang berkuasa. Para jurnalis atau wartawan harus berhati-hati agar jangan sampai yang ditulisnya menjadi boomerang bagi dirinya sendiri. Tak jarang bahwa mereka yang melakukan investigasi berita sudah tahu yang sebenarnya terjadi tetapi urung dituliskan karena takut dipecat atau yang lebih parah kehilangan nyawa. Dengan tugas yang berat itu, saya yakin pemberian upah yang layak patut diberikan kepada para kuli tinta yang memberitakan kebenaran.
Bagaimanapun bobroknya sistem peradilan di Indonesia, kita semua pasti selalu berharap bahwa kinerja aparat penegak hukum di negeri kita dapat menjadi lebih baik lagi dalam menjalankan tugasnya. Ungkapan “ Hukum manusia bisa diputar-balikkan, tapi hukum Tuhan siapa yang sanggup menghindar ” memang ada benarnya. Orang-orang yang sepatutnya dihukum memang bisa lari, tapi siapa yang tahu jika akhirat sudah di ambang pintu. Kita semua pasti tak pernah berhenti berharap bahwa suatu saat keadilan akan muncul kembali di negari tercinta ini. Seperti pula kata Tolstoy, “ Tuhan mengetahui semuanya, tetapi menunggu…”
0 comments