Sejarah ( Tinggal ) Sejarah ?!
Senin, Desember 13, 2010Bangsa Yang Besar adalah Bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. So, jangan sekali-kali melupakan sejarah ( Soekarno )
Pernahkan di antara Anda menonton film Kate and Leopold ? Sebuah film romantis ala Hollywood yang dibintangi oleh Meg Ryan dan Hugh Jackman. Berkisah tentang seorang pria dari masa lalu yang terlempar ke masa depan dan jatuh cinta dengan perempuan dari masa depan itu. Saya pernah memimpikan hal yang sama terjadi dalam hidup saya. Saya yang memang suka dengan hal-hal berbau masa lalu memimpikan jatuh cinta dengan seorang lelaki dari masa silam. Mungkin bakalan se-ekstrim tapi tidak se-konyol novel karangan Karla. M. Nashar yang berjudul "From Batavia With Love" tapi paling tidak agak-agak mirip. Satu poin penting, ternyata bukan saya saja orang aneh yang memimpikan hal ini. Buktinya, di dunia perfilm-an ada film Kate & Leopold dan di dunia pernovelan ada Novel From Batavia With Love". Saya tidak menyangka.
Namun, hal-hal ini mungkin benar-benar akan menjadi sejarah dalam hidup saya. Perasaan estetis ketika melihat bangunan-bangunan bersejarah ini mungkin tinggal kenangan. Beberapa bangunan-bangunan sejarah di Makassar direncanakan akan direnovasi, misalnya Benteng Fort Rotterdam, memang akan jauh lebih baik dan terawat. Tapi, saya kehilangan unsur mistis dan antiknya. Tidak otentik lagi menurut saya. Jika itu memang demi kebaikan benda-benda cagar budaya ini, ya sudah. Daripada hancur juga nanti, ya kan?
Lalu, datang berita ini. Benteng Somba Opu yang merupakan sisa-sisa kejayaan Kerajaan Gowa di masa lalu akan dirombak dan dijadikan Gowa Discovery Park. Disana akan dibangun waterboom dan kebun binatang. WHATTT ??? siapa sungguh hati merusak situs bersejarah ini menjadi rekreasi hedonis ???
Perlu diketahui, bahwa pembangunan Gowa Discovery Park ( GDP ) ini ditalangi oleh seorang investor bernama Zaenal Tayeb dengan dukungan dari Gubernur dan DPR. Mereka telah melakukan pemagaran dan mulai bekerja tanpa adanya tim ahli dalam hal ini para arkeolog dan ahli sejarah. Belakangan baru diketahui dan muncul-lah aksi protes menentang pembangunan GDP atas nama sejarah. Padahal, proyek ini sudah hampir memangkas beberapa lahan Benteng Somba Opu. Masyarakat, para Arkeolog, Budayawan, Sejarawan, dan khususnya Mahasiswa membela mati-matian lahan situs yang tragisnya didaftarkan oleh Dinas Kebudayaan & Pariwisata dalam UU hanya menyangkut delta inti ( wilayah reruntuhan benteng ) bukan luas daerah situs Benteng Somba Opu yang luas ( termasuk situs benteng Panakukang yang juga merupakan bagian dari Benteng Somba Opu, Benteng Panakukkang sekarang dibiarkan begitu saja di tengah hutan ). Dengan kata lain, jika kita menuntut kepada hukum yang berlaku, kita tidak bisa berbuat apa-apa karena bukan hak kita untuk menuntut daerah di luar delta inti. Lalu salah siapa? Dinas Kebudayaan & Pariwisata yang tidak becus karena tidak sepenuh hati mengurus benda-benda cagar budaya, investor yang norak, Pemerintah yang cuek, atau Masyarakat yang masa bodoh ? Karena dibalik matinya Benteng Somba Opu, banyak terjadi pengalihan fungsi lahan yang dijadikan kantor-kantor dan bisnis prostitusi yang terselubung. Miris.
Kini, kita hanya dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit. Pilihan yang pahit untuk mempertahankan yang manis. Pertama, mengusir investor yang memiliki dukungan dari Gubernur dan DPR, selanjutnya mengembalikan Benteng Somba Opu ke tangan Dinas Kebudayaan & Pariwisata yang tidak acuh serta kemungkinan situs cagar budaya ini semakin rusak dan ternoda. Kedua, menjadikan investor ini adalah kawan kita. Kita menawarkan opsi-opsi agar investor mengikuti kemauan kita ( masyarakat yang digawangi para arkelog, budayawan, dan sejarawan ) untuk mencari cara meminimalisir kerugian atas pembangunan ini dengan tetap mempertahankan kelestarian benteng. Intinya, benteng tetap aman terlindungi serta membuat masyarakat dan wisatawan berkunjung ke sana dengan hiburan hedonis. Ketiga, membiarkan saja Benteng Somba Opu seperti sedia kala tanpa adanya pembangunan di sekitarnya dan menjadikan masyarakat yang tinggal di sekitar situ lumpuh secara ekonomi. Benteng ini akan menjadi aktivitas yang mati karena tak tersentuh dengan yang dinamakan " pencerahan ".
Kalian memilih yang mana ?
Horst Ibner, Arkeolog, sedang menerangkan tentang situs Benteng Somba Opu
Ibu Yatni, Arsitek, mempertanyakan kepada para akademisi ( mahasiswa, dosen arkeolog, budayawan ) daerah mana saja yang bisa dirombak dan mana yang tidak boleh
NB : Tulisan ini adalah review dari Diskusi mengenai Gowa Discovery Park dengan para akademisi Arkeologi, FIB, Universitas Hasanuddin ( Senin, 13 Desember 2010 )
0 comments