Galau.
Akhir-akhir ini kata yang paling banyak diucapkan oleh orang-orang, termasuk saya dan beberapa teman saya. Apalagi jika bergaul di dunia twitter. Oiya, saya sekalian mau mempromosikan akun twitter saya ( Desainnya dibuat oleh sahabat saya Alvidha " Alstrojo" Septianingrum )
Lanjut kepada makhluk bernama Galau yang jika didefenisikan secara ilmiah adalah keadaan dimana seseorang mengalami situasi yang tidak pasti, dirundung dilema, dan berkawan dengan kebimbangan. Hasan Aspahani di akun twitnya mengatakan " Apa warna galau? Mungkin kelabu, putih yang kotor & hitam yang ragu, seperti kalimat bimbang, yang dimulai dengan kalau, lalu tak ada kata sesudah itu! "
Galau memang berbeda dengan kesedihan, kemarahan, atau situasi emosional lainnya. Namun jika sedang galau maka tanda-tanda kesedihan, kemarahan, atau situasi emosional lainnya bisa hadir. Singkatnya, seseorang bisa menjadi disorientasi jika sedang galau.
Saya saat ini sedang galau. Bukan cuma galau, tapi juga agak-agak labil. Emosi saya cenderung tidak stabil dan mempengaruhi saya secara psikologis.
Plato pernah berkata seperti ini, " Jika disentuh cinta, semua orang akan menjadi penyair." Saya pun setuju dan pernah mengalaminya. Tapi setelah mengalamai kegalauan akhir-akhir ini, saya ingin menambahkan di buku wacana manapun : " Plato memang pernah berucap jika disentuh cinta semua orang akan menjadi penyair. Namun, Meike Lusye Karolus menambahkan, tidak cuma pada saat disentuh cinta saja ( jatuh cinta maupun patah hati ). Jika seseorang mengalami kegalauan, ia akan tiba-tiba menjadi puitis. Seolah-olah menjadi penyair terkenal yang sudah menelurkan ratusan buku puisi dan laku di seluruh dunia. "
Seperti dalam sepekan ini...
Seorang senior saya bertanya : " How's Love ?"
Saya yang galau menjawab : " Tandus seperti gurun, kelam seperti malam, cenderung seperti Black Forest, hitam, besar, dan pahit..."
Lalu ketika bergosip dengan seorang teman saya, yang juga agak-agak galau sepertinya,
Si E : Iya, masalah ini harus segera diselesaikan. Jangan sampai menjadi api dalam sekam.
Saya yang galau : Iya jangan sampai hal ini menjadi duri dalam daging. Menusuk dan memakan dengan rakus segala yang ada.
Saya juga sempat hampir bersitengang dengan seorang kawan,
Teman A : Iya, pokoknya urus memang mi itu...Saya nda mau tahu..
Saya yang Galau : Enak-enakmu. Kau suruh k bersakit-sakit dahulu sedangkan kau berenang-renang ke tepian. Sungguh kejam dirimu, kau pikir aku bagai putri dalam sangkar emas k, sampai kau suruh-suruh k seenak jidatmu yang licin itu.
Inilah sedikit contoh dari efek kegalauan yang saya rasakan. Sedikit menuju kegilaan barangkali. Namun, sungguh gara-gara ini suasana yang menuju kekakuan tiba-tiba mencair.
" There are meaningfull words, pointless words, and the words that's hurt ( Mary Horowitz, All About Steve )
Kalimat.
Rangkaian kata-kata yang teruntai dari pemikiran kita. Acap kali hanya terlontar begitu saja. Kadang pula merupakan hasil perenungan yang panjang. Kalimat adalah jembatan kita dalam berkomunikasi. Kalimat adalah peluru yang selalu kita tembakkan dalam setiap percakapan dengan orang lain. Bahkan doa-doa pun merupakan kalimat-kalimat yang disusun sedemikian rupa untuk mengucap syukur dan memohon kepada Sang Pencipta. Kalimat. Yah, cuma kalimat.
Sebuah kalimat bisa membuat sedih menjadi gembira. Tangis menjadi tawa dan muram durja menjadi senyum sumringah. Hanya sebuah kalimat dan siap-siap saja kau bisa jungkir-balik dibuatnya.
Namun, Kalimat itu bisa berubah menjadi pedang yang bisa menghunusmu kapan saja. Kalimat itu bisa setajam pisau yang dapat menusukmu hingga kau berdarah. Kalimat itu bisa memutar tawa menjadi tangis, senyum menjadi masam, dan kegembiraan menjadi ratapan. Hanya sebuah kalimat dan siap-siap kau dibuat blingsatan karenanya.
Ada beberapa kalimat yang aku suka dan yang aku tidak suka. Aku harus mencernanya baik-baik sebelum merespon. Sayangnya, aku seringkali lambat sehingga lelet untuk membalas. Semuanya memiliki makna tergantung bagaimana kita mempersepsikannya. Ada pujian, candaan, sindiran, dan makian. Ada bentuk perhatian, ketulusan, iri, benci, dan cinta. Tapi, satu yang paling kutakutkan. Kalimat-kalimat yang tak terucap. Kalimat-kalimat yang hanya terkurung dalam bibir-bibir yang selalu aku temui tiap saat. Kalimat-kalimat yang diam dan ternyata lebih menyakitkan atau membahagiakan dari kalimat-kalimat yang tak terucap.
Tapi khusus dari dia,
Silence is the cruelest words !
Bangsa Yang Besar adalah Bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. So, jangan sekali-kali melupakan sejarah ( Soekarno )
Pernahkan di antara Anda menonton film Kate and Leopold ? Sebuah film romantis ala Hollywood yang dibintangi oleh Meg Ryan dan Hugh Jackman. Berkisah tentang seorang pria dari masa lalu yang terlempar ke masa depan dan jatuh cinta dengan perempuan dari masa depan itu. Saya pernah memimpikan hal yang sama terjadi dalam hidup saya. Saya yang memang suka dengan hal-hal berbau masa lalu memimpikan jatuh cinta dengan seorang lelaki dari masa silam. Mungkin bakalan se-ekstrim tapi tidak se-konyol novel karangan Karla. M. Nashar yang berjudul "From Batavia With Love" tapi paling tidak agak-agak mirip. Satu poin penting, ternyata bukan saya saja orang aneh yang memimpikan hal ini. Buktinya, di dunia perfilm-an ada film Kate & Leopold dan di dunia pernovelan ada Novel From Batavia With Love". Saya tidak menyangka.
Namun, hal-hal ini mungkin benar-benar akan menjadi sejarah dalam hidup saya. Perasaan estetis ketika melihat bangunan-bangunan bersejarah ini mungkin tinggal kenangan. Beberapa bangunan-bangunan sejarah di Makassar direncanakan akan direnovasi, misalnya Benteng Fort Rotterdam, memang akan jauh lebih baik dan terawat. Tapi, saya kehilangan unsur mistis dan antiknya. Tidak otentik lagi menurut saya. Jika itu memang demi kebaikan benda-benda cagar budaya ini, ya sudah. Daripada hancur juga nanti, ya kan?
Lalu, datang berita ini. Benteng Somba Opu yang merupakan sisa-sisa kejayaan Kerajaan Gowa di masa lalu akan dirombak dan dijadikan Gowa Discovery Park. Disana akan dibangun waterboom dan kebun binatang. WHATTT ??? siapa sungguh hati merusak situs bersejarah ini menjadi rekreasi hedonis ???
Perlu diketahui, bahwa pembangunan Gowa Discovery Park ( GDP ) ini ditalangi oleh seorang investor bernama Zaenal Tayeb dengan dukungan dari Gubernur dan DPR. Mereka telah melakukan pemagaran dan mulai bekerja tanpa adanya tim ahli dalam hal ini para arkeolog dan ahli sejarah. Belakangan baru diketahui dan muncul-lah aksi protes menentang pembangunan GDP atas nama sejarah. Padahal, proyek ini sudah hampir memangkas beberapa lahan Benteng Somba Opu. Masyarakat, para Arkeolog, Budayawan, Sejarawan, dan khususnya Mahasiswa membela mati-matian lahan situs yang tragisnya didaftarkan oleh Dinas Kebudayaan & Pariwisata dalam UU hanya menyangkut delta inti ( wilayah reruntuhan benteng ) bukan luas daerah situs Benteng Somba Opu yang luas ( termasuk situs benteng Panakukang yang juga merupakan bagian dari Benteng Somba Opu, Benteng Panakukkang sekarang dibiarkan begitu saja di tengah hutan ). Dengan kata lain, jika kita menuntut kepada hukum yang berlaku, kita tidak bisa berbuat apa-apa karena bukan hak kita untuk menuntut daerah di luar delta inti. Lalu salah siapa? Dinas Kebudayaan & Pariwisata yang tidak becus karena tidak sepenuh hati mengurus benda-benda cagar budaya, investor yang norak, Pemerintah yang cuek, atau Masyarakat yang masa bodoh ? Karena dibalik matinya Benteng Somba Opu, banyak terjadi pengalihan fungsi lahan yang dijadikan kantor-kantor dan bisnis prostitusi yang terselubung. Miris.
Kini, kita hanya dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit. Pilihan yang pahit untuk mempertahankan yang manis. Pertama, mengusir investor yang memiliki dukungan dari Gubernur dan DPR, selanjutnya mengembalikan Benteng Somba Opu ke tangan Dinas Kebudayaan & Pariwisata yang tidak acuh serta kemungkinan situs cagar budaya ini semakin rusak dan ternoda. Kedua, menjadikan investor ini adalah kawan kita. Kita menawarkan opsi-opsi agar investor mengikuti kemauan kita ( masyarakat yang digawangi para arkelog, budayawan, dan sejarawan ) untuk mencari cara meminimalisir kerugian atas pembangunan ini dengan tetap mempertahankan kelestarian benteng. Intinya, benteng tetap aman terlindungi serta membuat masyarakat dan wisatawan berkunjung ke sana dengan hiburan hedonis. Ketiga, membiarkan saja Benteng Somba Opu seperti sedia kala tanpa adanya pembangunan di sekitarnya dan menjadikan masyarakat yang tinggal di sekitar situ lumpuh secara ekonomi. Benteng ini akan menjadi aktivitas yang mati karena tak tersentuh dengan yang dinamakan " pencerahan ".
Kalian memilih yang mana ?
Horst Ibner, Arkeolog, sedang menerangkan tentang situs Benteng Somba Opu
Ibu Yatni, Arsitek, mempertanyakan kepada para akademisi ( mahasiswa, dosen arkeolog, budayawan ) daerah mana saja yang bisa dirombak dan mana yang tidak boleh
NB : Tulisan ini adalah review dari Diskusi mengenai Gowa Discovery Park dengan para akademisi Arkeologi, FIB, Universitas Hasanuddin ( Senin, 13 Desember 2010 )
You know I can’t smile without you
Kadang-kadang dengan hanya memperhatikan keadaan di sekeliling, kita akan terkejut dengan kado-kado manis yang dihadiahkan semesta pada kita. Menikmati angin yang membelai wajahmu, terantuk kerikil dan tertawa atau bahkan melihat temanmu bahagia.
Saya ingat hari itu, teman saya Widya begitu bahagia melihat kekasihnya di kawasan fakultas kami. Sang kekasih memang berasal dari fakultas yang berbeda dan sebuah keajaiban jika ia tiba-tiba berada disini. Melihat ia tersenyum sepanjang hari itu, saya jadi ikut merasa bahagia. Ada energi yang tak disadari tertransfer dari senyuman orang yang sedang dilanda cinta Eross.
I remember that smile. I know that smile. I miss that smile…and I want that smile again..
Begitu hebatnya cinta. Menghadirkan sensasi yang memabukkan. Membuat kita merasa bahagia. Senyum perempuan yang sedang jatuh cinta bahkan lebih menyilaukan dari sinar matahari. Wajahnya lebih cantik dipandangi dibanding bintang film manapun. Seolah-olah alam semesta ikut terhanyut oleh perasaannya. Daun-daun pohon turut berguguran menghadirkan efek dramatis di setiap langkah riang seorang perempuan yang jatuh cinta. Bercahaya seperti lilin di dalam kegelapan. Tugas kuliah yang menumpuk pun menjadi pekerjaan romantis jika sudah berjumpa dengan kekasih.
Widya tersenyum. Saya tidak pernah melihatnya sebahagia seperti di hari itu.