Sebuah Pelajaran Dari Suatu Masa Dengan Mereka
Selasa, November 30, 2010dan ketika kita bertemu lagi, aku ingin berkata kepada kalian " Kakak-Kakak, Meike kecil kalian telah dewasa..."
Pepatah usang " Don't judge the book by it's cover " memang tak pernah mati. Penampilan dan pengalaman hidup seseorang belum tentu menunjukkan pribadinya. Atau kalaupun memang itu menunjukkan pribadinya, pasti ada hal baik yang bersembunyi di balik stereotype yang menyembul ke permukaan.
Saya mempercayainya dan saya mengalaminya.
Mereka lebih dikenal dengan sebutan para junkie. Para pecandu obat-obatan terlarang. Orang-orang yang dicap negatif. Saya mengenal mereka. Bergaul dan banyak belajar dari mereka. Apa yang terjadi dalam hidup mereka dapat menjadi warning ketika saya menemui titik jenuh di hidup saya.
Di pertengahan tahun 2006, Mami mengenalkan saya pada mereka. Di bawah panji Yayasan Hati Kita ( YAKITA ) Makassar mereka bernaung. Saya mengenal mereka lewat cerita Mami seusai membawakan siaran nasional dengan tema seputar Narkoba ( kala itu isu Narkoba dan HIV AIDS sedang hot-hotnya ). Namun, untuk bertatap muka secara langsung baru terjadi ketika mereka melakukan sosialisasi tentang Narkoba yang diselenggarakan BPK Teruna GPIB Bahtera Kasih.
Bukan tanpa sebab Mami mengenalkan saya pada mereka. Bagi orang tua kebanyakan, mereka patut dijauhkan dari jangkauan anak-anaknya. Tapi Mami dengan pikirannya yang moderat malah menyuruh saya bergaul dengan mereka. Tujuan utamanya agar saya tidak mencicipi Narkoba dan saya mendapat pengetahuan mengenai NAPZA ( Narkotika dan Zat Adiktif Lainnya ). Selain itu, saya bisa sharing pengalaman dengan para mantan pecandu ini.
Seterusnya orang-orang ini kupanggil Kak Tienka, Kak Dody, Kak Etho, Kak Odi, Kak Ade, Novan, dan Kak Jimmy. Bersama Tirta yang kuajak serta ketika bertandang ke YAKITA, kami disambut dengan baik. Awalnya kami masih malu-malu. Saya dan Tirta yang saat itu remaja yang baru lulus SMP dan dalam masa transisi menuju SMA berdialog dalam satu tempat dengan para lelaki di atas. Usia kami pun terpaut jauh. Hanya Novan yang masih di atas kami 4 tahun. Selebihnya di atas 25 tahun selain Kak Ade yang waktu itu masih berusia 23 tahun. Tentu saja canggung yang kami rasakan. Apalagi cuma kami berdua perempuan di tempat itu. Sebuah tempat dengan banyak persepsi miring bagi orang yang melihatnya dari luar.
YAKITA bukanlah tempat sembarangan yang dapat dimasuki orang. Layaknya sebuah tempat rehabilitasi, dibutuhkan keamanan tingkat tinggi serta sarana fasilitas yang memadai bagi para penghuninya. Banyak program yang dilakukan untuk memulihkan para pecandu ini. Ada 3 proses yang biasa dilakukan untuk memulihkan seorang pecandu. Pertama, program pemulihan dan penyembuhan dimana program ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan sosialisasi, pertemuan yang bersifat vokasional, serta edukasi moral dan religi. Lalu, ada program pasca rawat untuk mencegah seseorang memakai narkoba lagi. Dan yang paling ekstrim adalah dilakukannya detoksifikasi atau pengeluaran racun dari dalam tubuh. Hal ini biasa dilakukan oleh dokter ahli. Dengan satpam yang akan bertugas mengawasi 24 jam, bisa dipastikan para mantan pecandu ini tak bisa keluar. Mereka hanya bisa keluar atas seizin Kak Tienka, selaku project manager dan Kak Dody.
Hal ini menjadi petualangan tersendiri bagi saya dan Tirta. Bahkan saya membuat tulisan mengenai Narkoba yang merupakan hasil review dari diskusi dengan kakak-kakak ini. Saya dan Tirta menganggap mereka layaknya kakak sendiri berhubung kami tidak punya kakak laki-laki. Kami dijaga oleh mereka. Selain membahas tentang Narkoba, saya dan Tirta diajak berkenalan dengan Firehouse, Lifehouse, Splender, serta band-band lain yang ngetop di era tahun 80-90an. Tidak ada salahnya kan bergaul dengan orang yang lebih tua. Malah menguntungkan karena kita dapat bertukar ilmu dengan mereka.
Waktu terus berlalu, saya dan Tirta memasuki dunia putih abu-abu. Kami mulai sibuk dengan kegiatan belajar di sekolah hingga mulai jarang berkunjung ke YAKITA. Keberangkatan Kak Tienka kembali ke Bogor semakin membuat kami merasa jauh. Orang yang menggantikan posisi Kak Tienka tidak bisa dibilang ramah sehingga saya dan Tirta tidak seleluasa dulu ketika bertandang ke sana. YAKITA menjadi tidak bisa dijangkau lagi. Satu-persatu kakak-kakak ini meninggalkan YAKITA. Kak Dodi sekarang kutahu bekerja di bagian advokasi Yayasan Tranformasi Lepra Indonesia. Kak Etho terakhir kudengar berada di Bali. Novan melanjutkan kuliahnya di ekstensi jurusan HI Unhas walaupun sampai sekarang saya tak pernah melihatnya di kampus. Kak Ade, Kak Odi, dan Kak Jimmy juga tak pernah saya dengar kabarnya lagi.
1 Desember yang selalu diperingati sebagai hari AIDS Sedunia menyimpan memori tersendiri bagi saya karena pada tanggal 1 Desember 2006 saat berlangsungnya konvensi hari AIDS Sedunia yang diselenggarakan di Monumen Mandala adalah kali terakhir saya melihat kakak-kakak ini dari jauh. Seperti sudah kita ketahui, kalau Narkoba erat kaitannya dengan HIV/ AIDS. Maka, tidak diragukan lagi jika para pecandu rentan terkena HIV/AIDS. Saya pun mengetahui kabar yang membuat hati saya sedih sekaligus kaget bahwa ternyata salah satu diantara mereka adalah ODHA. Orang yang cukup akrab dengan saya. Saya bergaul denga dia seperti orang biasa lain tanpa menyadari bahwa dia adalah ODHA. Si Kakak ini bahkan tidak kentara seorang ODHA. Ia terlihat normal dan sehat dengan penyakit yang menggerogotinya.
Ingin rasanya saya berjumpa lagi dengan kakak-kakakku ini. Dalam waktu yang singkat sudah banyak cerita dan derai tawa yang kita bagi bersama. Bersama kalian saya belajar memandang hal yang tabu bisa dilihat dari sisi positifnya. Saya sangat merindukan kalian, kakak-kakakku.
Selamat Hari AIDS Sedunia untuk kita semua. Jangan jauhi orangnya, tapi jauhi-lah penyakitnya.
Jika Alm. Suzana Murni ( pendiri Yayasan Spiritia ) pernah bertanya, " Maukah kamu berbagi segelas kopi dengan orang yang terkena HIV AIDS ? "
Maka saya akan menjawab, " Sudah. Kami malah pernah meminta gelasnya..."
Note :
- untuk menghormati privasi kakak-kakak ini maka foto-fotonya tidak saya publikasikan.
- Selamat Ulang Tahun Novan....semoga selalu berbahagia dan semoga kita bisa bertemu lagi...^^
1 comments
oo....rupanya dari sini salah satu sumber selera musik 90-an itu berasal ^_^
BalasHapushihihihi...
tapi sangat menyentuh kalimat terakhir ta
" Sudah. Kami malah pernah meminta gelasnya..."